Mohon tunggu...
Ahmad Risani
Ahmad Risani Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Menulis apa saja

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Batu Cantik

1 Desember 2014   19:40 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:20 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14174123811151407883


Batu Cantik

Sampai saat ini saya masih menerka-nerka nalar para pecinta batu akik. Penerkaan ini muncul bukan karena saya skeptis, tapi justru karena penasaran. Harus diakui, akhir-akhir ini batu akik menjadi primadona tersendiri di masyarakat. Ibarat naik derajat, Batu akik muncul menjadi bagian darifashion, bahkan ditahtakan sebagai simbol kemegahan dan kejantanan.

Sebetulnya, Eksistensi Batu akik bukanlah hal yang baru, sejak lama masyarakat kita sudah mengetahui betapa cantiknya Batu akik dan memiliki nilai estetika yang khas. Hanya saja akhir-akhir ini sedang nge-hits naik ke puncak popularitas. Lalu sejak kapan Batu akik hadir ditengah-tengah masyarakat kita?. Kapan pula ia menghilang?. Dan sejak kapan hadir kembali?. Ada apa dengan Batu akik?. Saya juga tidak tahu.

Batu Akik, oleh para sosiolog, merupakan sebuah fenomena musiman yang setiap saat bisa saja mengalami perubahan trend, baik itu trend jenis batuan yang sedang gandrungi, atau bahkan bergeser ke ditinggalkannya batuan ini. Tapi, untuk saat ini masyarakat kita tengah kasmaran dengan batu cincin.

Batu Cincin, saat ini mengalami pergeserantrendpemakai yang lebih beragam. Anak-anak muda sudah tak gengsi lagi mengikutifashionyang identik dengan Bapak-bapak ini. Untuk urusanlifestyle-pun, anak-anak muda sudah mulai menyandingkan nilai pentingnya denganGadgetdan Jam tangan.

Batuan Mulia, begitu nama bekennya. Tidak hanya dipakai sebagai aksesoris tambahan di jemari kokoh lelaki, juga oleh sebagian masyarakat diyakini adanya daya mistik tersendiri. Sehingga tak jarang, Batu Akik menjadi komoditas “sakti” yang menyesatkan. Bagaiaman mungkin?, dengan hanya bermodal Batu seseorang sekejap badan kebal, jualan laris, usaha manjur, wajah ganteng, otak encer. Sebuah permainan sugesti yang menakutkan. Tes kekebalan?. Bahaya!.

Sejatinya, memakai Cincin Batu harus dimaknai sebagai apresiasi atas “potongan ayat Alloh”, bukan malah menduakan keperkasaan-Nya, lewat sebiji batu lagi. Selain itu mengagumi batu cantik semacam Kalimaya, Kalsedon, Bacan, Agate, dan Idocrase juga sebagai pemaknaan bahwa kesempurnaan (relatif) membutuhkan perjalanan waktu yang panjang, sepertihalnya batu-batu tersebut. Sebelum terpajang cantik dijemari sebagai mata cincin yang banyak dipuji dan disayang, Jutaan tahun yang lalu mereka (Red. batu) hanyalah mineral-mineral biasa, bahkan hanya sampah-sampah tumbuhan dan tetesan magma, sebelum pada fase selanjutnya mengalami proses metamofosa dan sedimentasi yang panjang. Setelah menjadi batu-pun mereka harus dihaluskan terlebih dahulu dengan mesin. Demikian juga dengan usaha dan kerja keras manusia, semua ada prosesnya.

Pada akhirnya, Batu akik tetaplah sebuah batu, dia unik dan mempesona. Tempatkanlah keindahannya pada porsinya. Cukuplah dengan nalar kekaguman atas estetika yang membuat kita “menyukainya”. Menggosok Batu itu biarceling, kalau celing PD kemana-mana, bikin kerja sugesti positif, bukannge-harap yang lain. Karena dia hanyalah batu, sekali lagi, hanya batu, tapi cantik.

Salam Batu Cincin!..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun