Mohon tunggu...
Ahmad Risani
Ahmad Risani Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Menulis apa saja

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sekilas Menyoal Reza yang Memilih Dakwah

30 Desember 2014   17:45 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:10 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

"Jadi, hidup telah memilih. Menurunkan Aku ke bumi. Hari berganti dan berganti, Aku diam tak memahami."

Bagi sebagian masyarakat kita yang punya selera musik Rock n Roll berkelas mewah, hampir bisa dipastikan menyimpan CD atau MP3 lagu-lagu Peterpan alias Noah. Atau setidaknya menyukai lagu-lagunya, meskipun tak pernah menyimpan di memori smartphone-nya.

Dan... saya sendiri, akhirnya terpaksa buka mulut bahwa saya juga pernah menjadi fans grup band paling puitis-romantis-magis dijagat musik tanah air ini. Yah, selama ini saya bermain "rahasia-rahasian". Maklum pasca kasus yang menimpa sang Vokalis Jutaan detik yang lalu membuat beberapa fans harus menutup-nutupi ihwal ke-ngefans-an dirinya. Termasuk saya dan beberapa rekan saya yang sejak SMP menyukai citarasa musik ala Peterpan alias Noah ini. Ada rasa geli - gimana gitu - jika katahuan ngefans. Hehehe.

Tapi, untuk tulisan ini, saya tidak akan berpanjang lebar menyoal Noah, jika tidak puas - Anda cukup membaca buku keroyokan personilnya saja di "Kisah Lainnya", ada gratis CD "Suara Lainnya" lho. Sebagai SN yang baik dan ideologis, saya sudah beli - tapi di Bazar, bukan harga original. hehe

Ketertarikan saya dalam menulis "Noah" ini, tidak lain karena kekagetan saya akan pilihan Bang Reza untuk hengkang. Sebagai Band yang sudah banyak mengenyangkan isi perut dan nama besar, adalah sebuah anomali jika ada personilnya ingin keluar, terlebih saat puncak keemasan sedang direngkuh. Tapi apalah dikata, isi hati hanya tuhan yang tahu.

Teringat beberapa tahun silam sebelum Peterpan berubah menjadi Noah, saat itu dua personil mereka (Andhika dan Indra) memilih keluar dari Band, dengan alasan yang jauh berbeda dengan keputusan Reza. Jika dua personil sebelumnya beralaskan masalah manajemen, Reza punya alasan yang lebih elegan dan ideologis. Konon katanya ia ingin membingkai kembali jalan dan perjuangan dakwah yang pernah dirajut dua tahun silam.

Keputusan Reza ini, jika kita tilik secara mendalam dan dengan kadar objektifitas yang tinggi, maka kita akan menemukan sebuah kontradiksi. Disatu sisi kita menyetujui pilihan dakwah oleh Reza, disisi lain kita seolah melegitimasi bahwa nge-band adalah halangan bagi agenda-agenda dakwah. Memang betul, arus bermusik gaya Noah tidak bisa menampung hasrat seorang Reza yang ingin berdakwah, Band ini bisa dikatakan jauh dari nuansa religius. Dengan begitu, kita bisa menarik stigma awal, bahwa Reza merasa Noah tidak bisa memberikan apa yang ia minta secara pribadi, yaitu berdakwah. Tapi - objektifnya kita tidak bisa serta merta menyalahkan Noah atau justru malah menyalahkan Reza. Keputusan Reza adalah Final, pertimbangan jauh sabanhari sebelum Noah ada (lagi).

Dari sini, kita bisa menemukan sebuah masalah diantara keduanya (Noah - Reza), yakni alternatif ketiga untuk menengahi keterbutuhan Noah akan Reza dan hasrat Reza diluar Noah (Dakwah Dzatiyah-nya). Bisa jadi karena jadwal yang terlampai padat atau kultur band yang (sudah) tak sesuai selera Reza.

Lalu dengan apa Reza akan berdakwah - selanjutnya?. Sebagai Ustad kondangkah?. seperti di Tv-Tv. Atau jalan-jalan keliling kampung?. Entahlah, yang jelas - sebagai awalan ia ingin memperbaiki diri dengan mengikuti program dakwah.

Sebagai SN (yang baik), sempat ada penyesalan ketika tidak ditemukannya alternatif lain, tanpa harus Reza meninggalkan Noah. Konsepsi Dakwah yang dipahami Reza mungkin berbeda dengan apa dan beberapa teman-teman saya pikirkan. Mengapa Reza tak berdakwah lewat Noah saja?. Jika dakwah diartikan (juga) sebagi "seruan", ada begitu banyak fans Noah yang berseliweran dimana-mana, dengan adanya sosok Reza yang religius, ia bisa menjadi referensi pribadi tersendiri bagi Sahabat Noah (SN), bahkan penikmat dan pegiat musik sekalipun. Lewat lagu religi mungkin?. Atau Safari sosio-religi Noah?.

Sayangnya, ini hanyalah harapan semu. Karena jalan fikiran orang terhadap sesuatu jelas berbeda-beda. Lagipula menjadikan Band sebagai medium Dakwah adalah sebuah perjudian, terlebih ditengah-tengah arus internal band dan fans yang tidak siap menerima. Alih-alih berdakwah lewat Band, malah Band-nya yang kehilangan ruh dan dakwahpun tak kesampaian.

Pada akhirnya, lagi-lagi kita harus mengatakan kalimat yang sama ketika Ariel dimintai tanggapan perihal keputusan Reza: "kita harus menghormati pilihannya, dan kita harus mendukung keputusan Reza". Sangat diplomatis.

Kepada Bang Reza, semoga Istiqomah yah. Keputusan abang mungkin bisa menjadi oase sekaligus memberikan sedikit spirit baru ditengah banyaknya kader-kader dakwah yang berguguran. Sama halnya dengan nge-band, dalam dakwah juga ada dinamikanya. Hanya saja, panggung musik dan medan dakwah sangat-amat berbeda.

Terakhir, semoga Bang Reza tidak pernah mengatakan ini setelah terjun ke medan dakwah – Jalan cintanya para pejuang: "Katakan, katakan awal semula. karena akhirnya begitu berat terasa. berdakwah tak seindah katamu. Dunia menelan hatiku".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun