Pagi ini iseng saya mengunjungi akun twitter yang cukup lama tidak dibuka.Saya hanya khawatir akun itu akan pasif jika terlalam lama tidak dibuka atau dikunjungi. Mata yang julit langsung menangkap isu yang trending saat ini. Salah satu isu yang trensing jadi bahan pembicaraan adalah flexing. Dengan semangat saya membuka akun yang sedang trending tersebut. Dan berita yang kemudian adalah berita berita mutakhir tentang flexing. Suatu kebiasaan baru masyarakat Indonesia.
Flexing atau Pamer mengacu pada perilaku seseorang yang suka memamerkan kekayaan dan kemewahan yang dimilikinya. Sebetulnya perilaku ini adalah perilaku alamiah manusia,namun saat ini dilakukan secara berlebihan sehingga menimbulkan dampak negatif bagi yang menerapkannya. Flexing itu cenderung dilakukan seseorang untuk mendapatkan pengakuan akan keberadaan dirinya dalam masyarakat.Tindakan tersebut ada yang dilakukan secara tidak sengaja namun paling banyak dilakukan dengan kesengajaan.Â
Perilaku tersebut dilakukan akibat seseorang kurang percaya diri sehingga diharapkan dengan melakukan flexing,dia akan mendapat pengakuan atau validasi dari orang lain. Sebetulnya flexing ini ada dalam batasan wajar apabila perilaku itu filakukan untuk meningkatkan perasaan afikasi diri,menyiapkan diri untuk kesuksesan di masa depan dan menghindarkan diri dari perasan depresi. Sebaliknya flexing tentu akan berdampak negatif apabila didasari rasa tidak percaya diri,rasa cemburu, kesepian atau berbagai kondis psikis lainnya. Maka model flexing yang terakhir ini  akan dapat memicu perilaku ekstrem.
Bangga terhadap diri sendiri adalah perasaan yang wajar. Perasaan ini muncul sebagai bentuk apresiasi terhadap pencapaian atau prestasi yang dimiliki atau telah dicapai. Namun, pamer secara berlebihan dengan asumsi bahwa diri sendiri lebih hebat jika dibandingkan dengan orang lain bisa berdampak negatif terhadap kesehatan mental.Â
Dampak negatif flexing pada kesehatan mental, adalah Pertama, menurunkan rasa percaya diri karena pamer bisa memicu anggapan negatif dari orang lain bahwa perilaku tersebut terlalu berlebihan dan tidak lebih baik Kedua,membuat seseorang merasa terlalu percaya diri sehingga tidak melakukan usaha yang diperlukan untuk mencapai tujuan sehingga bisa merusak relasi dengan orang lain serta tidak memiliki kemampuan untuk membangun rasa percaya diri yang realistisÂ
Semoga kita dapat melakukan flexing dalam batasan wajar. Atau yang lebih bijak lagi berhentikan melakukan flexing karena lebih banyak dampak negatif daripada dampak positifnya. Apalagi dilakukan dalam jaman digital seperti sekarang,karena segala yang kita pamerkan di media sosial akan menjadi rekam jejak yang bisa merugikan kita di masa yang akan datang.
Kendit, 29 April 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H