Mohon tunggu...
Ahmad Ringgit
Ahmad Ringgit Mohon Tunggu... Guru - guru desa/sdn3kendit
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

ingin berubah mengikuti perubahan jaman

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pembisik Handal

27 April 2023   07:55 Diperbarui: 27 April 2023   08:11 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dalam pewayangan,dikenal tokoh bernama Sengkuni. Sengkuni adalah saudara kandung dari Permaisuri Gandari yang merupakan istri dari Destarata (Raja negara Astina) dan ibu dari Duryudana Sosoknya dikenal jahat, suka mengadu domba, dan selalu menghalalkan segala cara dalam mendapatkan keinginannya. Kisah kejahatan politik Sengkuni bermula ketika kakaknya, Dewi Gandari, yang dikenal kejam, bengis dan pendendam meminta bantuannya untuk mencari cara supaya anaknya Duryudana (anak sulung dari 100 bersaudara) menjadi raja Astina yang pada masa itu masih dipimpin Pandu Dewanata (adik dari Destarata).Dalam kisah pewayangan, Pandu Dewanata terlibat dalam perang melawan muridnya sendiri Prabu Tremboko dan berakhir dengan kematian keduanya. Tragedi berdarah ini terjadi akibat politik adu domba Sengkuni untuk merebut tampuk kekuasaan dari PanduDestarata kemudian menjadi raja ad-interim (sementara) setelah kematian Pandu hingga Pandawa (anak-anak Pandu yang akan mewarisi tahta kerajaan Astina) beranjak dewasa. Namun tidak berhenti sampai di sini, Sengkuni terus melancarkan aksi politiknya dengan terus mempengaruhi Destarata untuk menyerahkan kekuasaannya sementara waktu kepada anak sulungnya Duryudana yang juga keponakan Sengkuni. Akhirnya, karena rayuan Sengkuni, Destarata menyerahkan kekuasaan kepada putra sulungnya, Duryudana, hanya untuk sementara waktu saja hingga para pandawa beranjak dewasa dan cukup usia untuk memimpin Astina.Inilah yang menjadi cikal bakal perang saudara antara Pandawa dan Kurawa yang dikenal dengan bharatayudha (Sansekerta: perang keturunan Bharata).

Dalam dunia nyata di sekitar kita mengenal Putri Chandrawati dalam kasus pembunuhan berencana terhadap Joshua Hutabarat. Wanita hebat ini berhasil mempengaruhi otak suami tercinta Ferdy Sambo melaksanakan pembunuhan tersebut.Akibat yang ditimbulkan selain terjadinya pembunuhan terhadap Joshua,baik Ferdy Sambo dan Putri Chandrawati disanksi hukuman mati dan dua puluh tahun penjara. Dan yang lebih heboh adalah kasus penganiayaan Mario Dandy Satrio kepada David Ozora. Kasus yang bermula dari asmara segitiga antara anak muda kemudian membesar dan menyeret masalah masalah yang luar biasa merugikan keuangan negara.Kasus itiu sempat membuat institusi yaitu Depatemen Keuangan menjadi corang moreng menjadi jelak dan dicemooh masyarakat se Indonesia.Kasus penganiayaan itu terjadi karena bisikan handal dari seorang wanita berusia muda bernama Agnes Gracia ( AG ).

Sengaja saya berikan tiga contoh secara utuh dalam bahasan  sekarang ini agar para pembaca memahami begitu saktinya organ tubuh manusia yang disebut lidah.Lidah yang tidak bertulang itu ternyata tajamnya melebihi pedang Sayyidina Ali Bin Abu Tholib yang terkenal tajam itu. Maka dalam setiap ulasan kitab" Sullamut Taufiq " yang dilakukan kyai saya ketika kecil selalu berulang pesan agar manusia jangan pernah lalai menjaga lisan.Organ ini mampu membalik balikkan fakta dan hoax sehingga bisa membuat yang damai menjadi bersengketa,yang bersahabat menjadi berlawanan. Akibat yang ditimbulakan beragam mulai dari yang kecil sampai dengan menimbulkan akibat besar yang membahayakan jiwa dan nyawa seseorang.Lidah pulayang bisa membuat presiden kelhilangan kekuasaannya,bapak kehialangan anaknya,pengusaha kehilangan peluangnya,kepala dinas yang kehilangan jabatannya,dan sahabat menjadi kehilangan respeknya.

Akankah kita meniru watak culas seorang Sengkuni seperti dalam kisah pewayangan di atas  ???

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun