Contoh yang lain, PT Freeport Indonesia, sebuah anak perusahaan Freeport-McMoRan Inc., telah berulang kali terlibat dalam kontroversi lingkungan dan sosial. Misalnya, kasus limbah tailing-yang merupakan sisa dari proses pengolahan hasil tambang---telah merusak sungai-sungai di kawasan Mimika (Sucahyo, 2023).
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) juga menganggap PT Freeport Indonesia telah menyebabkan kerusakan lingkungan dengan total potensi kerugian lingkungan yang timbul mencapai Rp 185 triliun (Hidayat, 2017). Belum lagi 47 Pelanggaran yang pernah ditemukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup (Hidayat, 2018).
Perilaku tidak etis yang dilakukan oleh Freeport-McMoRan Inc., memunculkan masalah reputasi dan telah memberikan tekanan tambahan bagi perusahaan. Menyebabkan investasi dan ekspansi tambang terterhambat karena ketidakpastian hukum dan tekanan dari berbagai stakeholders, yang pada akhirnya berkontribusi pada kesulitan keuangan perusahaan.
Masih terkait rusaknya lingkungan hidup akibat praktik bisnis. Selama ini, praktik pembukaan lahan oleh "sebagian" pelaku usaha perkebunan kelapa sawit telah menyebabkan kebakaran hutan besar-besaran di Indonesia dan Brasil. Insiden ini menimbulkan kerusakan lingkungan dan memicu perubahan iklim. Pada akhirnya, perusahaan yang terlibat harus menghadapi tuntutan hukum, denda, atau kampanye advokasi dari para aktivis lingkungan.
Tuntutan hukum dan kerugian finansial merupakan implikasi dari praktik bisnis yang tidak etis. Ridwan (2018, hlm. 2) mengemukakan bahwa tanggung jawab perusahaan bukan hanya berpijak pada nilai perusahaan yang direfleksikan dalam kondisi keuangan, tetapi juga berpijak pada masalah sosial dan lingkungan hidup.
Dalam jangka panjang, etika menentukan keberlanjutan entitas bisnis. Sekelumit masalah-masalah etis akan berbalik menjadi ancaman terhadap pencapaian tujuan bisnis itu sendiri. Keputusan bisnis yang tidak etis dapat merusak reputasi.
Mella dan Gazzola (2015) menemukan bahwa etika dan reputasi bisnis saling terkait. Reputasi yang baik menjaga keberlanjutan bisnis. Rusaknya reputasi menyebabkan ketidakpuasan stakeholders dan tuntutan hukum. Akibatnya, bisnis diperhadapkan dengan hilangnya kepercayaan pasar dan investor.
Sehingga, bisnis akan menderita kerugian finansial. Potensi risiko ini sulit dipulihkan dan berdampak negatif pada kinerja bisnis jangka panjang (Ridwan, 2024, hlm. 169). Oleh karena itu, etika bisnis berperan strategis.
2. TINJAUAN TEORITIS: KONSEP ETIKA BISNIS BAGI KORPORASI
Menurut Gazzola dan Colombo (2014), apa yang menjadi landasan etika bisnis selalu mencakup hubungan antara bisnis dan masyarakat, yang diilhami oleh prinsip-prinsip etis.
Tindakan yang benar diukur berdasarkan moralitas. Prinsip seorang manajer dalam pendekatan ini dinyatakan dengan: “Apakah saya siap jika tindakan saya dicetak di halaman depan surat kabar?” atau “Apakah menurutku bisa diterima, jika orang lain memperlakukanku sebagaimana aku memperlakukan mereka?” (Gibson, 2023, hlm. 8-9).