1. PENDAHULUAN
Pada tahun 1960-an, terjadi retropeksi pada tendensi etika yang konkret. Kepedulian etis pada saat itu, menandai lahirnya "etika terapan". Saat itu, marak publikasi ilmiah yang mengkaji etika terapan, misalnya Journal of Business Ethics yang terbit pada tahun 1981 dan Business Ethics Quarterly yang terbit pada tahun 1991, keduanya merupakan jurnal akademik yang secara luas membahas isu-isu etika dalam konteks bisnis.Â
Isu-isu ini menyangkut persoalan-persoalan etis, seperti eksploitasi tenaga kerja, skandal akuntabilitas keuangan, perlindungan konsumen atau dampak lingkungan hidup akibat operasi bisnis dan lain sebagainya.
Praktik-praktik bisnis yang dilakukan secara tidak etis atau tidak beretika, tidak hanya berdampak bagi para stakeholders, tetapi bagi bisnis itu sendiri.Â
Sebagai contoh, WorldCom, salah satu perusahaan telekomunikasi paling besar di dunia saat itu, mengumumkan kebangkrutan terbesar dalam sejarah Amerika Serikat pada tahun 2002. WorldCom terlibat skandal manipulasi akuntansi sebesar miliaran dolar.Â
Ada pula kasus yang menjerat perusahaan Volkswagen Dieselgate. Pada tahun 2015, Volkswagen Dieselgate mengakui bahwa mereka telah menggunakan perangkat lunak yang melanggar hukum untuk mengubah hasil uji emisi kendaraan diesel mereka. Skandal ini mengakibatkan kerugian besar dan serangkaian tuntutan hukum.Â
Ada pula kasus yang menjerat perusahaan pembayaran digital Jerman, Wirecard. Perusahaan itu mengalami kebangkrutan pada tahun 2020. Skandalnya melibatkan tuduhan pencucian uang dan kecurangan lainnya.Â
Kasus berbeda juga pernah dialami oleh Enron Corporation pada tahun 2001. Akibat praktik akuntansi yang manipulatif telah mengakibatkan kerugian finansial yang besar bagi Enron Corporation dan hilangnya kepercayaan pasar.Â
Di tahun yang sama, pada waktu itu, perusahaan Arthur Andersen ikut terseret bersama Enron Corporation. Setelah diadili atas tuduhan pemalsuan dokumen, Arthur Andersen dinyatakan bersalah dan akhirnya mengalami kebangkrutan pada tahun 2002.
Lalu, pada tahun 2016, Wells Fargo mengalami kontroversi besar ketika ditemukan bahwa perusahaan tersebut telah membuat jutaan akun palsu tanpa persetujuan konsumen. Skandal ini menyebabkan penurunan reputasi Wells Fargo, tuntutan hukum, dan pembayaran denda besar.