Mohon tunggu...
Ahmad Ricky Perdana
Ahmad Ricky Perdana Mohon Tunggu... Wiraswasta - gemar travelling, fotografi dan menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

seringkali mengabadikan segala hal dalam bentuk foto dan tulisan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Jangan Kotori Ramadan dengan Aksi Teror

9 Juni 2017   06:34 Diperbarui: 9 Juni 2017   07:41 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bom Bunuh Diri - http://www.wartakini.co

Ramadan merupakan bulan yang paling banyak dinanti seluruh umat muslim. Bulan yang penuh berkah ini, seringkali digunakan untuk memperbanyak ibadah dan mendekatkan diri pada Allah SWT. Sayangnya, seiring dengan merebaknya paham intoleransi dan radikalisme, justru membuat tindakan intoleransi dan radikalisme terus merebak dimana-mana meski di bulan Ramadan. Teror ujaran dan teror bom, justru semakin masif terjadi. Dan yang lebih ironis lagi, tindakan intoleran itu justru dilakukan oleh kelompok-kelompok yang selama ini, lebih sering membawa atribut keagamaan di dalam setiap aksinya.

Aksi persekusi yang terjadi di saat umat muslim menjalankan ibadah puasa, tentu menjadi keprihatinan kita semua. Semestinya, masyarakat Indonesia bisa menghargai keberagaman. Karena negeri ini memang dibangun diatas keberagaman. Jika ada pihak-pihak yang merasa tersinggung akibat tulisan atau pernyataan orang lain, semestinya diselesaikan dengan cara musyawarah. Selain diatur dalam nilai-nilai Pancasila, musyawarah juga sudah diajarkan oleh Rasulullah SAW. Sayangnya, semuanya itu tidak dilakukan. Dengan dibungkus sentimen keagamaan, aksi persekusi itu terus dilakukan meski bertentangan dengan norma-norma hukum yang berlaku di Indonesia.

Di luar itu semua, Ramadan nampaknya juga digunakan oleh kelompok radikal untuk terus melakukan serangkaian aksi teror. Setelah bom meledak di konser Ariana Grande, jaringan ISIS berhasil menguasai kota Marawi. Dan tidak lama kemudian bom meledak di Kampung Melayu, Jakarta Timur. Meski tidak ada penjelasan yang menyatakan ketiganya saling berhubungan, tapi ketiganya terjadi sesaat sebelum bulan Ramadan. Dan setelah memasuki Ramadan, serangkaian bom di berbagai belahan negara lainnya begitu masif terjadi. Ramadan yang seharusnya dilakukan untuk mencari keberkahan Allah SWT, justru disalahartikan untuk melakukan teror bom.

Kembali lagi ke Indonesia, bagaimana dengan kita saat ini? Dengan alasan menghormati bulan puasa, masih saja ada praktek sweeping, yang bisa menimbulkan kekhawatiran di mayarakat. Dan lagi-lagi, tindakan sweeping itu dilakukan dengan menggunakan atribut keagamaan tertentu. Memang, sekarang ini frekwensi sweeping sudah jauh berkurang dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Tapi bibit intoleransi dan radikalisme itu nyatanya masih tumbuh subur di masyarakat kita. Kebencian yang ditujukan kepada kelompok tertentu masih ada. Empati yang muncul hanya ditujukan kepada kelompok yang sealiran saja. Akibatnya, tidak sedikit yang terprovokasi, dan memilih berangkat ke daerah konflik, untuk membantu umat yang tertindas disana.

Apa yang terjadi di Marawi, Filipina Selatan, dikhawatirkan justru dimaknai sebagai momentum untuk merayakan kemenangan kelompok jaringan teroris ISIS. Gejolak yang terjadi di Filipina tersebut, dikhawatirkan bisa menjadi magnet, yang mendorong banyak orang yang sudah terpapar radikalisme dan terorisme untuk datang ke tempat tersebut. Tentu kita masih ingat, setelah pasukan ISIS berhasil menguasai Syria dan Mosul ketika itu, ekspansi simpatisan dari berbagai negara terus berdatangan di wilayah ini. Jika ini terjadi, tentu menjadi hal yang mengerikan. Ramadan semakin tidak dilihat sebagai bulan untuk introspeksi dan memperbaiki diri. Ramadan justru semakin dimaknai sebagai momentum untuk menebar teror.

Sebagai warga negara Indonesia yang baik, tentu kita tidak ingin negara kita seperti Syria, Iraq ataupun di Filipina Selatan. Untuk itulah, mari kita saling mengingatkan kepada seluruh umat beragama, agar tetap menjaga keutuhan NKRI. Mari kita isi kemerdekaan ini, dengan perilaku yang produkti, yang sesuai dengan ajaran agama dan nilai-nilai Pancasila. Jika kita bisa melakukan itu, maka negeri yang kaya akan segalanya ini, diharapkan bisa terbebas dari pengarih jaringan terorisme global. Dan Ramadan yang telah lama ditunggu umat muslim, akan diisi dengan berbagai aktifitas yang produktif, yang jauh dari paham kekerasan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun