Mohon tunggu...
Ahmad Ricky Perdana
Ahmad Ricky Perdana Mohon Tunggu... Wiraswasta - gemar travelling, fotografi dan menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

seringkali mengabadikan segala hal dalam bentuk foto dan tulisan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

14 Februari 2024, Cinta untuk NKRI

18 Februari 2024   10:40 Diperbarui: 18 Februari 2024   10:49 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cinta Damai - jalandamai.org

Momentum Hajatan Demokrasi bertepatan dengan hari kasih sayang yang biasa kita kenal dengan Valentine's Day. Pada hari itu seluruh masyarakat yang telah memenuhi syarat untuk memberikan hak suaranya menyalurkan rasa cintanya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) melalui pilihannya terhadap Presiden & Wakil Presiden, wakilnya di DPR-RI, DPRD-Provinsi, DPRD-Kab/Kota, serta DPD-RI. Bentuk rasa cinta dan kasih sayang itu diberikan masyarakat sebagai perwujudan untuk Indonesia yang lebih baik lagi kedepannya.

Seperti kebanyakan orang yang menyatakan cinta dan bermaksud membangun suatu hubungan tentu saja ada kalanya tersandung restu alias tidak disetujui. Hal tersebut juga terjadi ketika kelompok tertentu menyatakan cinta dan dukungan kepada salah satu calon, kita ambil contoh yang menjadi sorotan ya, yaitu paslon Presiden & Wakil Presiden. Semua masyarakat yang telah menjatuhkan pilihan pasti berharap sang pujaan yang akan menjadi pemenangnya. Namun sayangnya hanya satu yang akan dinobatkan sebagai juaranya dan akan memimpin negeri ini lima tahun kedepan. Memang, rasa hati ingin sang pujaan menjadi pemenang, namun apa daya bila semesta tidak merestui. 

Layaknya seorang yang dimabuk cinta, memang sulit sekali menyadarkan mereka yang pujaan hatinya tidak menjadi pemenang. Ketika ego sudah mengedepan lalu menguasai hati dan pikiran, sudah pasti yang dituju hanyalah kemenangan, tidak lagi bisa santai dan asik untuk berpikir logis dan intelek. Alhasil, berbagai reaksi tidak terima pun bermunculan. Reaksi 'norak' (tidak logis & intelek) ditambah dengan pemikiran negatif meramaikan dunia digital. Narasi curang sudah digemborkan jauh sebelum Mahkamah Konstitusi meloloskan Gibran menjadi peserta pemilu 2024 sebagai Calon Wakil Presiden dari Prabowo Subianto. Perkataan nir-adab pun menghiasi media sosial maupun media nasional untuk menyerang pemerintahan Jokowi.

Atas nama rakyat dan keadilan, mereka menyerukan semua itu, yang tanpa mereka sadari bahwa narasi-narasi dan statement mereka mengancam persatuan bangsa ini. Semakin lantang dan terus menerus mereka menyerukan kecurangan, semakin besar membuka potensi konflik anak bangsa dengan perbedaan pilihannya. Saling tuduh, saling caci, saling maki untuk membela sang pujaan tidak terelakkan terutama di ruang digital karena 56% dari total keseluruhan pemilih didominasi oleh generasi Millenial dan Gen Z, generasi yang 'paling akrab' dengan digitalisasi.   

Mereka yang melakukan itu semua bukanlah pecinta sejati, karena hanya pecinta sejati yang bisa legowo menanggalkan segala egonya, mengikhlaskan namun tetap mengawasi apakah NKRI tercinta ini terancam atau tersakiti oleh mereka yang terpilih oleh semesta untuk memimpin negeri ini. Walau bukan pilihan, namun pecinta sejati dapat bekerjasama ikut membantu demi terwujudnya Indonesia yang adil, makmur, dan sejahtera. Selagi tujuannya dapat terwujud, tidak penting siapa yang memimpin. Begitulah pengorbanan sang pecinta sejati.

Namun pecundang, tidak fokus pada tujuan, ia hanya terfokus pada dirinya sendiri, terkungkung dengan egonya, bahwa hanya ia yang dapat memberikan yang terbaik untuk NKRI.

Jadilah pecinta sejati, lakukan yang terbaik yang bisa kau lakukan untuk membangun negeri ini, tanpa berfokus pada kekuasaan. Ingatlah bahwa Allah SWT berfirman dalam surat Ar Ra'd ayat 11 "Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri". Oleh karena itu siapapun pemimpinnya, kalau kita tidak mau mengubah diri kita menjadi lebih baik, maka mustahil Allah SWT akan mengubah nasib kita. Jadi, terwujudnya Indonesia yang adil, makmur, dan sejahtera kita yang tentukan!!!

Jikalau memang ada kecurangan silakan kumpulkan bukti-bukti, tempuh jalur yang seharusnya, ikhtiar sudah dilakukan apabila masih tidak memuaskan, serahkanlah kepada Sang Maha Kuasa, Maha Adil, Maha Bijaksana segala urusan tersebut. Berarti takdir berkata lain, cukup berprasangka baik kepada-NYA dengan menerima ketetapan-NYA.

Bebaskan diri dari kungkungan ego, cintailah negerimu, jangan menunjuk dan menyalahkan pihak lain. Ingat, perubahan dimulai dari diri sendiri. "When we love, we always strive to become better than we are. When we strive to become better than we are, everything around us becomes better too." - Paulo Coelho

Kata bijak dari Paulo Coelho diatas "Ketika kita mencintai, kita selalu berusaha untuk menjadi lebih baik dari diri kita sendiri. Ketika kita berusaha untuk menjadi lebih baik dari diri kita sendiri, segala sesuatu di sekitar kita juga menjadi lebih baik." mungkin bisa menjadi inspirasi kita bersama, sebagai orang yang mencintai NKRI.

  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun