Mohon tunggu...
Ahmad Ricky Perdana
Ahmad Ricky Perdana Mohon Tunggu... Wiraswasta - gemar travelling, fotografi dan menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

seringkali mengabadikan segala hal dalam bentuk foto dan tulisan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Budayakan Kritik, Tinggalkan Provokasi Demi Persatuan Negeri

20 Juni 2021   06:40 Diperbarui: 20 Juni 2021   06:42 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia merupakan negara dengan tingkat keberagaman yang sangat tinggi. Indonesia terdiri dari ratusan, mungkin ribuan suku yang tersebar dari Aceh hingga Papua. Setiap provinsi mempunyai bahasa, agama, budaya dan adat istiadat yang berbeda. Ibarat taman, Indonesia merupakan taman yang berisi tanaman dengan berbagai macam warna warni. Karena tingkat keberagaman yang tinggi, potensi terjadinya perbedaan pendapat, pandangan, bahkan konflik sangat terbuka.

Karena itulah, sistem demokrasi yang dianut oleh Indonesia adalah demokrasi Pancasila. Karena Pancasila merupakan dasar negara dan falsafah hidup masyarakat Indonesia. Dan nilai-nilai yang tertuang dalam Pancasila, diambil dari nilai-nilai yang berkembang di Indonesia sendiri. Karena itulah, Pancasila terbukti bisa merangkul perbedaan yang ada di negeri ini.

Karena tingkat keberagaman yang sangat tinggi, berbagai orang dengan model karakter yang bermacam-macam juga bisa ditemukan di Indonesia. Keragaman itulah yang pada akhirnya membuat perbedaan pola pikir dan cara pandang. Tidak mungkin segala halnya dimaknai dengan cara yang sama. Karena tingkat pendidikan dan literasi masyarakat juga berbeda-beda.

Belakangan, oknum-oknum tertentu seringkali melontarkan kritik, terhadap segala kebijakan pemerintah yang dianggap salah. Salah satunya adalah kebijakan yang membatalkan ibadah haji 2021. Keputusan ini dikarenakan pandemi masih terjadi dan mencegah potensi terpaparnya virus covid-19. Tak lama setelah keputusan dikeluarkan, berbagai cacian melayang ke pemerintah. Tak lama setelah itu, pemerintah arab Saudi resmi mengeluarkan keputusan menutup para calon Jemaah haji dari negara lain. Setelah keputusan ini keluar, semua orang langsung diam.

Di masa pandemi ini, berbagai macam kritikan masih sering dilontarkan ke pemerintah. Mulai dari kebijakan pembatasan aktifitas di tempat ibadah, di perkantoran, dan tempat-tempat yang lain. Pembatasan dianggap tidak efektif menekan kasus positif. Alhasil, larangan mudik yang dikeluarkan pemerintah, tidak dihiraukan sama sekali. Kini, semua orang harus menanggung buah ketidaksiplinan beberapa orang itu. Angka kasus positif covid-19 meningkat sangat signifikan.

Tidak hanya kritik, provokasi demi provokasi juga sering bermunculan. Ironisnya, provokasi tersebut tak jarang bernuansa kebencian dan SARA. Akibatnya, masyarakat yang tingkat literasinya rendah, akan mudah terpengaruh dan mempercayai informasi yang menyesatkan tersebut. Agama mengajarkan agar tidak melakukan fitnah. Karena fitnah merupakan tindakan yang lebih kejam dari pembunuhan. Menyebarkan informasi bohong, menebar provokasi yang tidak sesuai fakta, itu termasuk kategori fitnah.

Mari tinggalkan kebiasaan menebar kebencian dan provokasi. Mari budayakan kritik dengan disertai referensi yang kuat, dengan data dan fakta yang valid. Kritik semacam itu akan bisa membangun dan bermanfaat bagi masyarakat luas. Namun jika kritik disertai kebencian, berpotensi bisa menyebabkan persatuan dan kesatuan yang sudah terbentuk ini, akan terbelah-belah. Antar sesama saling curiga, tidak ada lagi rasa saling menghargai, tidak ada toleransi. Dan kondisi ini akan bisa memicu terjadinya konflik. Semoga tulisan ini bisa jadi renungan bersama. Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun