Mohon tunggu...
Ahmad Ricky Perdana
Ahmad Ricky Perdana Mohon Tunggu... Wiraswasta - gemar travelling, fotografi dan menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

seringkali mengabadikan segala hal dalam bentuk foto dan tulisan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Semangat Zakat Fitrah dan Penangkal Bibit Radikal

9 Mei 2021   08:06 Diperbarui: 9 Mei 2021   08:40 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada yang pernah mengatakan, hidup akan lebih baik, akan lebih seimbang, jika kita bisa mengimplementasikan ilmu terima kasih. Apa yang kita terima juga harus bisa kita kasihkan kepada orang lain yang memang memerlukan. Jadi tidak hanya terima, tapi juga memberi. Sehingga apa yang kita terima, akan mempunyai daya manfaat yang positif, jika kita bisa mengasihkan kepada orang yang tepat. Ibarat sebuah ember yang penuh dengan air, jika ember terus diisi air, maka ember tidak akan bisa menampung dan air akan tumpah, terbuang sia-sia.

Namun jika air dalam ember tersebut selalu dijaga dengan dimanfaatkan untuk kepentingan yang lebih baik, maka air dalam ember tersebut akan mempunyai daya manfaat yang luar biasa. Misalnya ketika ember sudah mulai penuh, air dimanfaatkan untuk menyiram tanaman, untuk memandikan anak, untuk minum hewan atau yang lainnya, maka ketika ember tersebut diisi air tidak akan luber dan tumpah secara sia-sia.

Ilmu terima kasih ini dalam Ramadan juga ada dalam zakat fitrah. Apa yang telah kita terima selama satu tahun terakhir, diwajibkan untuk diberikan kepada yang berhak senilai 3,5 liter beras saja. Bayangkan, mungkin tidak apa-apa nya dengan gaji yang kita terima setiap bulan kali 12 bulan. Allah SWT hanya mewajibkan zakat fitrah setahun sekali ketika di penghujung Ramadan. Apakah akan membuat kita jatuh miskin? Tentu tidak. Namun banyak nilai-nilai yang bisa kita jadikan pembelajaran dibalik 3,5 liter beras tersebut.

Zakat ini erat kaitannya dengan kesehateraan dan keadikan sosial. Banyak orang miskin, banyak orang tidak sejahtera di sekitar kita. Apalagi di masa pandemi seperti sekarang ini, angka kemiskinan di negeri ini terus mengalami peningkatan. Dan kemiskinan ini pula yang menjadi salah satu penyebab seseorang terpapar radikalisme. Munculnya radikalisme seringkali dihubungkan atas ketidakpuasan terhadap kondisi ekonomi, sosial, politik suatu negara. Karena itu, setelah Ramadan, mari kita terus aktif menyalurkan zakat untuk masyrakat yang membutuhkan, agar bisa meminimalisir kesenjangan ekonomi.

Zakat fitrah juga bukan sekedar aktifitas keagamaan setiap Ramadan, namun juga bisa meningkatkan semangat kebangsaan. Dan kelompok radikal seringkal tidak mempercayai lembaga-lembaga negara, dan berusaha menggantinya dengan konsep khilafah. Negara selama ini mengelola zakat jutaan orang, yang disalurkan kepada masyarakat yang membutuhkan. Negara selalu dianggap tidak bisa mengatasi segala persoalan yang ada. Negara dianggap tidak pernah berpihak pada masyarakat, dan masih banyak sekali tuduhan lainnya.

Nilai-nilai yang terkandung dalam zakat fitrah begitu luas. Zakat juga bisa melatih kepekaan dan kepedulian sosial, yang selama ini tidak pernah dimiliki kelompok radikal atau intoleran. Mereka mau membantu hanya untuk kelompoknya saja. Sementara Islam dan agama apapun di bumi ini, mengajarkan untuk bisa membantu kepada siapa saja, kapan saja dan dimana saja. Apapun latar belakangnya, Allah menganjurkan untuk memperbanyak perbuatan baik. Tidak hanya di bulan Ramadan, tapi juga dalam hari-hari biasa. Semoga tulisan pendek ini bisa jadi renungan buat kita semua. Salam introspeksi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun