Manusia di bumi diciptakan secara berkelompok. Tidak ada manusia yang bisa hidup sendirian, memenuhi segala kebutuhan hidupnya sendirian, atau melakukan segala aktifitas serba sendirian. Manusia pasti membutuhkan orang lain. Dengan ter biasa saling membantu antar sesama, maka dalam kondisi akan bisa saling membantu, termasuk dalam kondisi terkena bencana.
Beberapa pekan lalu, Jakarta dan sejumlah daerah di Jawa Barat dan Banten terkena bencana banjir. Hujan deras yang mengguyur beberapa kota tersebut, telah membuat banyak daerah terendam banjir. Tidak hanya menimbulkan kerusakan bangunan dan hilangnya sejumlah harta benda, tapi di beberapa tempat juga menimbulkan korban jiwa.
Bencana yang terjadi tersebut, telah membuat banyak orang berbondong-bondong memberikan bantuan. Namun yang menyedihkan, tidak sedikit pula yang menebar kebencian di media sosial. Kebencian ini ditujukan kepada para pemimpin, yang dianggap tidak bisa menanggulangi banjir ini dengan baik. Aksi saling menyalahkan para pemimpin terkait penyebab banjir ini, sempat menjadi konsumsi publik di media. Suasana yang penuh ketidakjelasan itu, rupanya dimanfaatkan oleh kelompok intoleran, untuk menebar provokasi di masyarakat.
Dalam kesempatan ini, mari kita saling mengingatkan. Tidak peduli siapa yang menjadi gubernur, tidak peduli pula siapa yang menjadi pemimpin lainnya, kepedulian antar sesama harus tetap dijaga. Kebencian yang terjadi ketika pilkada atau pilpres, semestinya sudah hilang dan tidak perlu lagi diungkit. Masyarakat diharapkan juga semakin cerdas, membekali dirinya dengan literasi yang kuat. Hal ini penting agar masyarakat tidak mudah terprovokasi oleh informasi bohong atau hoaks.
Ketika banjir kemarin, banyak sekali pesan kebencian yang berterbaran. Setiap terjadi bencana, selalu saja ada pihak yang jadi bahan ejekan. Olok-olokan ini tentu sangat menyedihkan bagi korban. Bagi pihak-pihak yang tidak menjadi korban, mungkin akan tertawa girang. Tapi bayangkan jika kalian yang menjadi korban.
Sudah tak perlu lagi saling mencari kesalahan. Tidak perlu lagi mencari perbedaan antara naturalisasi ataupun normalisasi. Jika para pemimpin negeri ini serius, mau normalisasi ataupun naturalisasi, komitmen dalam mencegah banjir terjadi semestinya sudah terlihat. Ketika bencana datang, semuanya sibuk mencari kesalahan. Sementara masyarakat, harus berjuang untuk bisa survive dari bencana banjir. Bagi yang tidak bisa survive, mereka pun berpotensi menjadi korban jiwa. Dan hal ini pun terjadi.
Bencana banjir harus saling menguatkan, bukan mencerai beraikan. Bencana apapun harus terus saling peduli memberikan bantuan, bukan saling membenci untuk mencari kesalahan. Jika diantara kalian masih sibuk menebar kebencian, perilaku tersebut bisa menghilangka rasa empat. Dan ketika empati itu hilang, maka diantara manusia tidak saling peduli, tidak saling menghargai, dan tidak mau saling tolong menolong. Betapa berharganya, jika postingan negative itu diganti dengan postingan yang mengajak masyarakat untuk saling membantu. Selain mendapatkan pahala, tindakan tersebut juga bisa membantu orang yang kesusahan. Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H