Mohon tunggu...
Ahmad Ricky Perdana
Ahmad Ricky Perdana Mohon Tunggu... Wiraswasta - gemar travelling, fotografi dan menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

seringkali mengabadikan segala hal dalam bentuk foto dan tulisan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ingat, Provokasi Masih Berlanjut, Mari Redam Radikalisme Online dengan Pesan Damai

14 Juni 2019   23:17 Diperbarui: 15 Juni 2019   00:46 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Stop Provokasi - kompasiana.com

Penyebaran radikalisme online memang sudah terlihat begitu nyata. bahkan saat ini kelompok radikal sudah berani secara terang-terangan, muncul di publik dan menyatakan dirinya bagian dari jaringan ISIS, JAD, atau seseorang yang tidak terhubung dengan jaringan terorisme, tapi berani melakukan aksi teror. Seseorang yang tidak terhubung tapi terpapar paham terorisme inilah, yang seringkali muncul belakangan ini.

Kenapa bisa? Karena provokasi di duinia maya terus bermunculan, hoaks juga terus bermunculan, sentimen SARA terus dimunculkan, sementara tingkat literasi masyarakat masih rendah.

Masihnya pesan kebencian, hoaks dan propaganda radikalisme ini memang tak bisa dilepaskan dari kelompok ISIS, yang mulai ingin menguasai dunia maya menjelang kehancurannya. Berbagai upaya untuk menutupi niat jahatnya itu dilakukan. Berita bohonglah kemudian yang dimunculkan.

Belum lagi upaya memunculkan pemahaman agama yang salah, yang bisa dijadikan pembenaran oleh orang tingkat literasinya rendah. Jika kita melihat yang terjadi saat ini, banyak orang yang telah terpapar, lalu aktif menyebarkan pemahaman yang salah. Bahkan jika pada tingkat yang lebih ekstrim, mereka sudah berani meledakkan diri di tempat umum.

Yang terjadi pada RA di penghujung Ramadan kemarin, merupakan bukti nyata tentang bahayanya radikalisme online jika terus dibiarkan. RA telah meradikalisasi dirinya sendiri melalui dunia maya. Dia mempelajari tentang paham-paham radikalisme di media sosial. Dia juga belajar merakit bom melalui media sosial.

Karena mempelajari pemahaman agama yang salah, RA pun memberanikan meledakkan dirinya di salah satu pos polisi di Surakarta, Jawa Tengah. Percobaan itu gagal, karena bom yang dirakit secara otodidak itu, gagal meledakkan tubuhnya. RA masih hidup dan kini sedang menjalani perawatan.

Mari kita saling membatasi penggunaan media sosial, agar tidak mudah menjadi provokator , dan tidak mudah terprovokasi. Salah bermedia sosial, kita berpotensi membuat kedamaian negeri ini terganggu. Salah bermedia sosial, akan membuat diri kita selalu berpikiran sempit, karena merasa paling benar dengan menilai orang lain sebagai pihak yang salah.

Cerdas bermedia sosial menjadi tuntutan yang harus dilakukan oleh semua orang di era milenial ini. Cerdas bermedia sosial ini tidak hanya cerdas dalam menyerap, tapi juga cerdas dalam menyebarkan. Jangan sharing informasi sebelum kalian menyaringnya.

Tak dipungkiri, media sosial saat ini telah dipenuhi dengan pesan-pesan negative, propaganda radikal, hingga ajakan untuk melakukan jihad yang salah. Konten-konten semacam ini harus dilawan dengan pesan damai. Kerena Indonesia tidak mengendal budaya kekerasan. Indonesia mengendal budaya keberagaman, budaya saling menghargai, menghormati dan tolong menolong. Menebar pesan damai merupakan bagian dari meredam penyebaran radikalisme online di kalangan generasi muda. Mari kita bergerak.

Ingat, provokasi masih terus berlanjut dan tidak akan pernah berhenti. Karena itu jangan pernah berhenti untuk terus melawan radikalisme, intoleransi dan terorisme. Karena terorisme terbukti hanya akan menghancurkan negeri besar yang bernama Indonesia ini. Semoga bisa jadi renungan dan introspeksi buat kita semua.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun