Mohon tunggu...
Ahmad Ricky Perdana
Ahmad Ricky Perdana Mohon Tunggu... Wiraswasta - gemar travelling, fotografi dan menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

seringkali mengabadikan segala hal dalam bentuk foto dan tulisan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Melawan Hoaks dengan Literasi

30 Maret 2019   16:35 Diperbarui: 30 Maret 2019   16:41 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Stop Hoax - fakta.news

Dalam Al Quran dijelaskan bahwa, "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat (QS. Al-Mujadalah : 11). Ini artinya, sebagai seorang muslim, kita dianjurkan untuk membekali diri dengan ilmu. Bisa ilmu agama, ilmu pengetahuan, ataupun ilmu yang lain. Dan ilmu itu harus digunakan untuk kepentingan yang lebih baik. Dengan menggunakan ilmu yang kita punya untuk kepentingan masyarakat, maka ilmu tersebut akan memberikan manfaat yang lebih baik.

Nah, sekarang ini kita tinggal di era yang serba modern. Di era teknologi mengendalikan segalanya. Karena teknologi pula, ilmu pengetahuan bisa berkembang begitu pesat. Dan karena teknologi pula, ilmu pengetahuan yang kita punya bisa memberikan dampak positif atau negative. Saat ini para penyebar hoaks dan kebencian muncul dimana-mana. Untuk mnenyebarkan hoaks dan kebencian secara sistematis, tentu memnbutuhkan berbagai keahlian. Untuk bisa melawan hoaks, juga diperlukan keahilan. Apa itu? Literasi. Lakukanlah cek ricek setiap informasi yang disebarkan melalui media sosial.

Dalam melakukan literasi, gunakanlah logika kalian. Pikirkanlah apakah informasi tersebut secara logika masuk akal atau tidak. Jika tidak, maka informasi tersebut tidak perlu dipercayai dan tidak perlu disebarkan. Karena perilaku masyarakat milenial sekarang ini adalah seringkali melakukan sharing tanpa saring terlebih dulu. Kondisi ini diperparah tingkat literasi masyarakat yang masih rendah. Akibatnya, masyarakat berubah menjadi penyebar hoaks, dan yang pasif akan mudah terprovokasi oleh informasi yang tidak jelas kebenarannya tersebut.

Penyebaran hoaks atau berita bohong ini memang terus marak ketika mamasuki tahun politik seperti sekarang ini. Hanya demi menaikkan atau menurunkan elektabilitas pasangan calon, sejumlah oknum rela mengadu domba masyarakat yang tak berdosa. Apa yang dilakukan oleh seorang ibu yang viral ketika menyebar kebohongan beberapa waktu lalu, hanyalah sebagian kecil saja yang ketahuan. Bisa jadi masih banyak perilaku yang sama, yang juga dilakukan di daerah lain. Bahkan di media sosial, provokasi itu begitu nyata terlihat.

Sekarang ini memang sulit dibedakan mana informasi yang benar dan yang dimanipulasi. Karena kemampuan si penyebar hoaks dan kecanggihan teknologi, membuat informasi yang salah bisa seperti benar ataupun sebaliknya. Karena itulah, janganlah membiarkan diri kalian kosong. Bekalilah diri kalian dengan ilmu agama, dengan ilmu pengetahuan, dengan ilmu-ilmu yang lain agar kita bisa melihat suatu persoalan secara utuh. Agar kita tidak mudah terprovokasi oleh informasi telah dimanipulasi. Karena seringkali saat ini hoaks dibungkus dengan berbagai cara agar tersamarkan.

Mari kita saling hidup berdampingan. Jika dulu kita bisa bersatu melawan penjajah, kenapa sekarang tidak bisa bersatu melawan hoaks dan ujaran kebencian? Kita adalah Indonesia dan Indonesia adalah kita. Jangan biarkan Indonesia ini hancur karena provokasi pihak yang tak bertanggung jawab. Dan jangan biarkan Indonesia hancur, karena dipengaruhi oleh informasi yang menyesatkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun