Mohon tunggu...
Ahmad Ricky Perdana
Ahmad Ricky Perdana Mohon Tunggu... Wiraswasta - gemar travelling, fotografi dan menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

seringkali mengabadikan segala hal dalam bentuk foto dan tulisan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menjaga Semangat Menyatukan Keragaman dalam Kesatuan

16 Maret 2019   20:22 Diperbarui: 16 Maret 2019   20:33 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika kita melakukan membaca berita atau informasi di dunia maya, seringkali masih kita temukan pandangan yang menyatakan bahwa Indonesia adalah negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Karena itulah sistem pemerintahan dan hukumnya juga harus berlandaskan nilai-nilai Islam. Celah inilah yang kemudian seringkali digunakan oleh kelompok-kelompok tertentu, untuk mencari kejelekan pemerintah ketika kebijakannya dianggap tidak sesuai. Segala sesuatunya selalu dihadapkan ini agamis atau tidak, ini islami atau tidak. Padahal, nilai-nilai yang tertuang dalam Pancasila sesungguhnya sangat islami.

Kenapa sila pertama berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa? Karena pada dasarnya mengakui adanya Tuhan. Tanpa adanya peran Tuhan, maka negeri ini tidak akan bisa berkembang hingga seperti sekarang ini. Dan bentuk pengakuan terhadap Tuhan itu, dilakukan dengan cara memeluk agama sesuai dengan keyakinannya masing-masing. Indonesia sendiri mengakui Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Budha dan Konghucu. Dan undang-undang kita pun menjamin tentang hal ini. Warga negara Indonesia diberi kebebasan beribadah dan memeluk agama sesuai keyakinannya masing-masing.

Sila kedua merupakan bentuk saling menghargai dan menghormati antar sesama makhluk Tuhan. Memanusiakan manusia merupakan pesan yang nyata dari sila kedua ini. Bahwa sesama manusia tidak boleh saling membenci apalagi menyakiti. Kenapa? Karena setiap manusia mempunyai hak dan kewajiban yang sama di bumi ini. Dan manusia adalah makhluk sosial yang diciptakan untuk tidak sendiri-sendiri, tapi untuk berkelompok dan berinteraksi antar sesama.

Ketika sudah berkelompok dan berinteraksi, semangat sila ketiga, persatuan Indonesia menjadi acuannya. Kenapa? Karena Indonesia adalah negara besar dengan berbagai macam suku, budaya dan adat istiadatnya. Karena itulah pendiri bangsa ini mengusung konsep negara kesatuan republik Indonesia. Semua keragaman harus tetap mengedepankan semangat persatuan. Karena dengan persatuan inilah yang akan membuat kita kuat.

Karena banyaknya keragaman yang ada, tidak menutup kemungkinan terjadinya perbedaan pendapat ataupun pandangan. Namun, para pendiri bangsa ini menawarkan semangat musyawarah untuk mufakat jika terjadi perbedaan pendapat atau pandangan. Semangat inilah yang kemudian diadopsi dalam sila keempat Pancasila. Dan jika kita semua bisa menerapkan semua itu, maka keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia akan bisa diwujudkan.

Lalu, kemudian berkembang adanya anggapan Pancasila tidak sesuai dengan mayoritas masyarakat Indonesia yang muslim. Pancasila merupakan produk kafir dan segala macamnya. Benarkah? Islam adalah agama yang sangat cinta damai. Ketika agama ini masuk ke Indonesia pun, juga dilakukan dengan cara-cara damai tanpa lada paksaan. Agama ini juga sangat menghargai keragaman yang telah ada di Indonesia. Karena itulah akulturasi budaya antara Islam dengan budaya budaya yang lebih dulu ada di Indonesia, seringkali kita lihat. Tidak hanya Islam, agama lain yang ada di Indonesia, juga mengusung semangat yang sama. Semangat untuk saling menghargai dan menghormati, demi terjaganya persatuan dalam keragaman umat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun