Mohon tunggu...
Ahmad Ricky Perdana
Ahmad Ricky Perdana Mohon Tunggu... Wiraswasta - gemar travelling, fotografi dan menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

seringkali mengabadikan segala hal dalam bentuk foto dan tulisan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perdamaian untuk Dunia yang Lebih Baik

18 September 2018   07:08 Diperbarui: 18 September 2018   07:26 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap tanggal 21 September , dunia memperingati Hari Perdamaian  Internasional (Interntional Day of Peace / IDP) . Peringatan itu dimulai tanggal 1982. Tapi momentum diambil ketika Majelis Umum Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB)pada  tahun 2002 menetapkan tanggal itu sebagai IDP dan diperingati secara resmi dan mendunia.

IDP yang diperingati itu punya tema-tema yang berbeda setiap tahunnya. Kebetulan pada tahun 2013 , Tema IDP adalah Pendidikan Perdamaian (Peace Education/PE). Bagi banyak pihak di dunia global PE adalah penting yang harus disupport dengan maksimal oleh siapa saja di muka bumi ini.

Karena dirasa penting sejak tahun 1999, PE sudah menjadi gerakan global. Saat itu ribuan orang yang mewakili ratusan organisasi . Mereka hadir dalam acara International Peace Conference di The Hague Belanda. Pada acara itu tercetus The Hague Appeal for Peace dimana mereka menyerukan penghentian segala peperangan dan penyebarluasan budaya perdamaian. Dari situ muncul  gagasan untuk pembentukan Global Peace Education Network guna mendukung aplikasi PE di seluruh dunia.

Perdamaian dunia adalah hal utama  untuk membuat dunia menjadi damai. PE menjadi hal urgent dan kontekstual  diaplikasikan . Sebab di banyak tempat di dunia terjadi konflik antar golongan dan antar kelompok. Termasuk Indonesia.

Selama nyaris dua dekade ini Indonesia mengalami perkembangan luar biasa. Terutama soal gaya kepemimpinan yang rupayanya berpengaruh pada banyak hal. Termasuk kebebasan. Di dalamnya termasuk kebebasan menerima informasi dll. Ironisnya kebebasan itu tidak didukung dengan kesiapan secara mental dan pengetahuan untuk mengolah kebebasan informasi atau berpendapat itu.

Generasi yang tumbuh pada zaman itu kurang paham arti nilai-nilai toleransi dan bagaimana menghargai perbedaan pendapat atau sikap orang lain itu. Hal itu punya dampak ke banyak hal. Akibatnya banyak konflik terjadi.

Masing-masing pihak itu kurang paham bahwa perbedaan itu tak harus penghalang utama dalam bermasyarakat atau bernegara. Sehingga konflikpun tak terhindarkan. Padahal Konflik yang merupakan negasi dari damai/perdamaian menjadi 'pisau pembunuh' bagi  cita-cita yang seharusnya bisa diwujudkan bersama.

Karena itu Pendidikan Perdamaian adalah adalah satu strategi yang paling ampuh untuk mengenalkan pentingnya bersatu, rukun dan saling memahami. Pendidikan perdamaian adalah obat ampuh untuk menyembuhkan konflik dan pertikaian . Dengan menghindari konflik dan pertikaian  maka kita berharap banyak hal bisa tumbuh lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun