Masih ingat tim Perancis yang memenangkan piala Dunia 2018 ? Tim yang dilatih oleh Didier Deschamp itu adalah tim yang multietnis / sangat beragam. Ada banyak darah dan etnis campuran di tim itu. Hanya sedikit yang punya etnis Perancis murni.
Keberagaman itu tercermin pada keberadaan pemain beradarah Afrika seperti N'Golo Kante, Kylian Mbappe, Presnel Kimpembe, Steve Mandanda, Djibril Sidibe, dan Ousmane Dembele. Pemain cemerlang Antonie Griezmann bukan seorang Perancis murni, tapi campuran Portugal dan Jerman. Begitu juga agama mereka; yang terlihat adalah keberagaman.
Komposisi Timnas Perancis yang multikultur terjadi sejak lama . Saat tahun 1998-pun, multietnis  di tim Perancis sudah terjadi. Beberapa tahun setelahnya, Perancis masih diwarnai oleh para pemain yang tidak membawa etnis Perancis murni tapi campuran dan berprestasi seperti Zidane (keturunan Aljazair), Lilian Thuram dan Marcel Desaily.
Seorang pemain Perancis yang menyatakan pensiun, Adil Rami mengatakan bahwa keberagaman inilah menjadi senjata Perancis mendapat anugerah piala Dunia 2018. Bisa jadi karena keberagamanlah, Timnas Perancis menjadi kekuatan yang sulit ditakhlukkan. Ketika orang yangberasal dari darah dan dan budaya berbeda-beda lalu dipersatukan dalam satu ikatan kebangsaan maka lahir kekuatan yang maha dahsyat dan impian menjadi jawara di Piala Dunia terwujud.
Apa yang bisa kita petik dari hal itu ?
Seperti tim yang multietnis (ras) dan multireligi seperti tim dan negara Perancis, beberapa negara tak lepas dari keberagaman seperti itu. Hanya saja perlakuan mereka terhadap keberagaman itu berbeda-beda. Â Ada yang mengakui keberagaman dan menerima dan membuat saling menguatkan, tetapi ada yang tidak mengakui dan malah saling meniadakan.
Kita bisa melihat bangsa-bangsa yang awalnya meniadakan keberagaman (tidak mengakui keberagaman) pada akhirnya sadar dan mengakuinya. Tak bisa satu etnis tidak bekerjasama dengan etnis lainnya. Kita bisa melihat Inggris, Perancis dan yang paling fenomenal adalah Afrika Selatan. Afrika Selatan adalah bangsa yang semula kekeuh bahkan cenderung keras menerapkan perbedaan (perlakuan) antara kulit putih dan kulit hitam. Tapi pada akhirnya Afrika Selatan harus mengakhiri masa itu dan merangkul semua etnis dan agama di neagra itu untuk bersama-sama membangun negara Afrika Selatan
Karena itu , Indonesia yang punya keragaman yang sangat banyak dan unik harus bisa mempertahankan kebersamaan atas perbedaan itu. Dominannya agama atau etnis tertentu jangan menjadi senjata untuk mendiskriminasi agama atau etnis lain yang minoritas. Â Persaudaraan dan Kebangsaan adalah hal di atas segalanya dalam berbangsa. Warna kulit, budaya, bahasa dan agama / keyakinan adalah sesuatu yang justru bisa memperkuat, mempersatukan dan bukan melemahkan kebersamaan dalam berbangsa itu.
Yakin, Indonesia bisa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H