Mohon tunggu...
Ahmad Ricky Perdana
Ahmad Ricky Perdana Mohon Tunggu... Wiraswasta - gemar travelling, fotografi dan menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

seringkali mengabadikan segala hal dalam bentuk foto dan tulisan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menjaga Toleransi dan Etika di Dunia Maya

27 Januari 2018   06:39 Diperbarui: 27 Januari 2018   08:26 962
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Stop Hate - vocativ.com

Berkata dan bersikap merupakan dari etika yang harus dijaga. Sejak kecil, kita diajarkan untuk berkata baik. Kita juga diajarkan untuk menghormati yang tua dan meminta maaf jika melakukan kesalahan. Tidak ada orang tua yang mengajarkan hal tidak terpuji sejak dini. Semua orang tua pasti mengharapkan anaknya tumbuh menjadi manusia yang baik, tidak sombong, dan suka tolong menolong. Dasar-dasar pendidikan karakter sejak dini itulah, yang harus terus dibawa hingga dewasa nanti. Bahwa antar manusia harus terus saling menghargai antar sesama. Dalam kehidupan sehari-hari, juga harus terus menjaga prinsip-prinsip kerukunan dalam keberagaman.

Seiring perkembangan zaman, dunia maya nampaknya berhasil mencuri perhatian para manusia di dunia nyata. Hampir setengah dari aktifitas manusia, dihabiskan di dunia maya. Mulai bangun tidur hingga tidur kembali, tidak bisa dilepaskan dari yang namanya telepon genggam. Dan dalam telepon genggam, dunia seakan menjadi genggaman. Karena semuanya bisa dilakukan. Dan salah satu yang digandrungi di dunia maya adalah beraktifitas di media social. Di ruang ini, kita bisa berinteraksi dengan manusia dari belahan dunia manapun. Kita juga bisa menyalurkan ekspresi sesuka hati kita.

Sayangnya, kondisi ini justru dimanfaatkan oleh pihak tak bertanggung jawab, untuk melakukan tindakan yang tidak terpuji. Mereka dengan semena-mena menumbar kebencian, melalui status yang dia tulis, melalui artikel yang sengaja mereka buat, bahkan kadang melalui gambar yang sengaja mereka edit. Semuanya itu dilakukan atas nama kebencian. Kondisi ini umumnya semakin massif muncul karena persoalan politik. Di pilkada DKI waktu lalu, ujaran kebencian hampir terjadi setiap hari. Dan di pilkada serentak tahun ini, hal yang sama diperkirakan akan kembali terjadi.

Untuk itulah, perlu kiranya menjaga etika dalam berperilaku. Etika ini harus terus dijaga, baik itu dalam kehidupan sehari-hari ataupun ketika berinteraksi di dunia maya. Banyak pihak memberikan perhatian serius terhadap ujaran kebencian di dunia maya. Semua pihak sibuk melakukan patrol siber, untuk mengantisipasi maraknya ujaran kebencian seperti yang terjadi pada pilkada DKI waktu itu. Tentu kita tidak ingin masyarakat saling caci, hanya karena terprovokasi di dunia maya. Kita juga tidak ingin kerukunan yang sudah terjalin di dunia nyata, terganggu oleh kebencian di dunia maya.

Mari tetap mengedepankan etika, seperti hal nya yang diajarkan para orang tua sejak dini. Mari tetap saling menghormati, seperti yang diajarkan sejak kecil. Tidak ada salahnya bersikap terbuka. Tidak ada salahnya menerima perbedaan, karena sejatinya Negara ini dipenuhi dengan keberagaman suku, agama, bahasa dan budaya. Keragaman ini semestinya bukan untuk dipertentangkan, melainkan harus dijaga karena merupakan anugerah dari Tuhan. Perbedaan semestinya bukan untuk dipersoalkan, karena perbedaan bisa mendorong kita semakin dewasa.

Setiap suku pasti mempunyai etika yang berbeda namun mempunyai esensi yang sama. Tidak ada suku di Indonesia yang menganjurkan untuk saling mencaci dan memaki. Tidak ada juga orang tua yang menganjurkan anaknya untuk saling menebar kebencian. Semuanya menginginkan kedamaian. 

Mari kita tanya hati kecil kita. Apakah kita tidak ingin negeri ini damai? Apakah kita tidak ingin hidup dalam ketenangan, rukun dalam keberagaman, dan saling membantu jika membutuhkan? Apakah kita tidak ingin mewujudkan semua itu? Ingat, kebencian justru melahirkan amarah-amarah baru. Dan amarah berpotensi melahirkan tindakan intoleran, yang semestinya tidak terjadi.

Menjaga toleransi dan tetap mengedapankan etika di dunia maya, merupakan hal yang terus dijaga. Manusia diciptakan berbeda-beda oleh Tuhan. Karena itulah, tidak ada yang salah dalam perbedaan. Jika ada perbedaan pendapat, silahkan bermusyawarah untuk mendapatkan solusi. Dengan menjaga toleransi, maka kerukunan antar umat akan tetap terjaga, hingga generasi penerus berikutnya. Mari kita wujudkan Indonesia damai tanpa kekerasan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun