Seiring dengan perkembangan teknologi, pergerakan informasi di media mainstream ataupun media sosial begitu masif. Informasi apa saja masuk dan bisa diakses oleh masyarakat dari semua kalangan. Informasi dari negara manapun, bisa diakses hanya dalam waktu yang relatif singkat. Akibatnya, masyarakat saat ini menjadi melek informasi. Masyarakat berkembang menjadi masyarakat yang kritis, dalam menyikapi setiap peristiwa ataupun kebijakan pemerintah.
Tak hanya informasi yang bisa dipertanggungjawabkan, informasi yang tidak jelas pun juga berkembang. Informasi inilah yang kemudian disebut sebagai informasi hoax. Informasi ini umumnya sengaja dimunculkan untuk membuat suasana yang kondusif, menjadi tidak kondusif. Banyak contoh peristiwa yang merugikan negeri ini, sebagai dampak yang disebabkan oleh informasi yang kebenarannya tidak bisa dipertanggungjawabkan.
Di Tanjung Balai, Sumatera Utara, pernah terjadi peristiwa yang menyedihkan akibat terprovokasi oleh informasi hoax. Terjadi pembakaran tempat ibadah akibat masyarakat terpengaruh informasi yang tidak benar. Masyarakat yang mudah diprovokasi oleh sentiment agama ini, akhirnya tidak bisa menjadi manusia yang cerdas, dalam menyikapi setiap informasi yang muncul di media online. Akibatnya, 9 tempat ibadah dibakar massa. Kondisi ini tentu sangat disayangkan. Toleransi yang selama ini terjalin begitu indah, terancam terganggu akibat informasi hoax tersebut.
Dalam kasus dugaan penistaan agama yang menyeret gubernur Ahok di DKI Jakarta, juga merupakan bukti bahwa begitu bahayanya dampak dari berita hoax. Ketika jutaan orang berkumpul di Jakarta menuntut penuntasan kasus dugaan penistaan agama, Buni Yani yang mengunggah video gubernur Ahok ketika di Kepulauan Seribu, mengakui telah memotongnya. Kini, akibat video yang diunggah tersebut, tidak hanya Ahok yang ditetapkan tersangka, Buni pun juga ditetapkan tersangka karena dianggap menyebarkan berita bohong dan menebar kebencian. Kasus ini pun masih berjalan hingga saat ini.
Contoh diatas bisa jadi hanya sebagian contoh kecil saja. Masih banyak berita bohong yang sering dimunculkan oleh kelompok radikal, untuk menyebarkan paham kekerasan ini. Informasi sesat ini umumnya muncul setelah ada penangkapan teroris, atau setelah terjadinya aksi amaliyah. Setelah Santoso tertembak, berkembang informasi bahwa jenazah Santoso berbau harum, sebagai dampak dari aksi jihad yang selama ini dilakukan. Setelah dikonfirmasi, informasi ini ternyata tidak benar dan hanya dimaksudkan untuk mempengaruhi orang lain untuk melakukan aksi jihad.
Karena itulah, cerdas dalam mengakses informasi apapun mutlak diperlukan. Cek ricek sumber berita juga diperlukan. Jika informasi itu muncul melalui media yang tidak jelas izinnya, sudah semestinya tidak perlu kita dengar. Akseslah informasi atau berita dari sumber-sumber yang jelas. Satu hal lagi yang penting adalah, diperlukan memperbanyak pesan damai di media sosial. Kenapa hal ini penting? Karena informasi yang dilabeli kebencian juga begitu masif bermunculan. Akibatnya, masyarakat yang tidak cerdas dalam bermedia, terpengaruh informasi tersebut dan berpotensi terjadinya konflik di tingkat masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H