Mohon tunggu...
Ahmad Raziqi
Ahmad Raziqi Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Senandung Cinta

27 Desember 2018   12:00 Diperbarui: 27 Desember 2018   12:38 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

*Ini Seutuhnya Cinta*Indonesia memiliki beragam agama. Ditinjau dari segi bahasa Agama terdiri dari dua kata "A" yang dalam bahasa sansekerta bermakna "tidak", sedangkan "Gama" bermakna "salah/keliru". Apabila digabungkan, sesungguhnya Agama adalah "tidak keliru/salah". Kita kenal Indonesia memang memiliki kerukunan antar umat beragama.

Islam, Hindu, Budha, Kristen, Katholik, Konghucu telah menjadikan khazanah agama yang berdiri atas kerukunan. Maka, seandainya kita mau menghayati Pancasila sebagai falsafah negara. Kita sebenarnya termasuk bangsa yang beruntung. Karena bangsa ini bukan bangsa agama, namun perlu digaris bawahi bangsa ini adalah bangsa yang beragama. 

Pluralisme dan semangat toleransi tak boleh terintervensi oleh kepentingan kelompok apalagi pribadi. Karena sesungguhnya nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, permusyawaratan dan keadilan memang betul-betul sumber berkah yang diamanati oleh tuhan melalui founding father kita dulu. Yang akhirnya berhasil mengantarkan bangsa Indonesia kedepan udara kemerdekaan dari kolonialisme dan emperialisme.

Maka bukankah toleransi itu adalah martabat tertinggi di kehidupan berbangsa dan bernegara kita. Jangan pernah sesekali menyalahkan orang lain ketika semua orang bersepakat untuk perdamaian. Soal haram atau halal itu yang menghukumi tuhan, bukan malah membuat hukum yang berimplikasi terhadap perpecahan antar umat beragama yang sudah rukun dalam kehidupan bangsa.

Bukan kita sudah sering kali mendendangkan atau sudah bosan mendengar. "Tirulah padi, yang semakin berisi semakin merunduk", filosofi padi mengajarkan bahwa toleransi adalah kekayaan batin yang tertinggi, hal itu didapat karena pertumbuhan kita mencari ilmu dan belajar dari kitab, buku dan guru. Bukan kita teracuni oleh ilmu milenial yang belum tentu jelas sumber memancarnya.

2019 adalah tahun empuk. Tahun yang akan menjadi nafsu politis untuk para kontestan Indonesian satu. Terkadang orang harus dihalalkan degingnya untuk dihabisi di publik karena faktor kepentingan, itu akan menjadi bak hantu gentayangan yang perlu untuk di habisi karena menganggu cinta yang seutuhnya. Yaitu cinta Indonesia secara luhur.

Keluhuran akan memiliki konsep kehangatan bagi siapa saja yang mengerti cinta dan toleransi. Jadi yang harus tumbang akibat perang siasat itu jangan sampai hatinya tersayat apalagi menjadikan lawannya menjadi mayat. Dan yang menang dalam agenda perang siasat jangan sampai tertipu oleh duniawi yang penuh muslihat.

Siapa yang berpengaruh terhadap bangsa ini, atau sudah memiliki arah pandangan bagaimana Indonesia ini tetap menjadi indonesia yang berdiri atas toleransi, pluralisme dan majemuk.
Ingat kata guru humanisme " semakin tinggi ilmu seseorang maka semakin tinggi rasa toleransi nya" (gus Dur).

Maka sadarlah bahwa kita menjadikan agenda perang siasat adalah agenda fata murgana yang tidak perlu menjelekkan manusia yang lain. Apalagi soal budaya, sosial, agama. Tanamkan cinta yang seutuhnya tentang Indonesia yang luhur.

#refleksi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun