Mohon tunggu...
Ahmad Ramdani Official
Ahmad Ramdani Official Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

"Jadikan buah pikiranmu, adalah karya terhebatmu untuk Dunia!!"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perspektif Remaja, dan Pola Hidupnya

25 Mei 2023   22:31 Diperbarui: 25 Mei 2023   22:35 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kebahagiaan dan berkat terbesar daripada karunia Tuhan, khususnya kita sebagai sepasang sejoli (suami-istri) yang selalu ingin, dan kita damba-dambakan agar senantiasa mengalaminya; adalah tentunya diamanahi keturunan atau lebih tepatnya kehadiran seorang Anak.

Sebab, bila hanya dengan hadirnya anak-anak dalam kehidupan rumah tangga-lah, kita selaku orang-tua menyadari tentang hakikat kehidupan yang sesungguhnya. Hakikat untuk mengasihi, menyayangi, mengayomi, mendidik, merawat, dan juga membesarkan. Seperti halnya Dia Yang Maha Kuasa, yang selalu memancarkan kasih dan rahmatNya, pada kita pastinya selaku hamba.

Atas dasar persepsi itulah; didalam rangka Orang-Tua menjalankan kedudukan, tugas, dan fungsi hal tersebut, Kami mencoba untuk memaparkan gaya-gaya hidup yang biasa dilakukan para anak-anak, terkhusus tatkala usia remaja sudah mulai menginjaknya.

Para sahabat, Kita tentu berharap dan berupaya dengan sungguh-sungguh untuk menjadikan Anak-anak kita agar dapat tumbuh menjadi individu-individu yang berguna untuk masa depan. Kata lain daripada istilah "berguna" tersebut, adalah "Ultimate-Gold" atau "Masa depan yang cerah" pastinya. Bisa juga diistilahkan menjadi "Generasi Emas" dan asumsi-asumsi terpuji lainnya.

Impian ini, normal dimiliki seluruh Orang-Tua di seluruh Dunia, yang memang sangat mencintai anak-anaknya. Terlebih lagi, manakala kehadirannya tergenapi tatkala usia lanjut, sudah menyertai kita.

Ambillah salah satu contoh pada diri seorang Nabi Ibrahim. Menilik sejarahnya, Nabi Ibrahim dikaruniakan anak bernama "Ismail" kala usia Beliau sudah menginjak 86 tahun. Kemudian anak keduanya yaitu "Ishak" yang terlahir ketika usianya genap 100 tahun.

Maka dari besitan-besitan pada benak pikir perihal tersebut, lantas membuat kita para Orang-Tua lalu menjadi agak egaliter dalam mengayomi Anak didalam rumah. Dan juga di satu sisi, pendidikan formalitas sontak menjadi semacam tolak ukur yang kita jadikan sumber harapan tadi.

Oleh karenanya, disinilah asbabun nuzul sesungguhnya terkait proses-proses perkembangan yang "berawal" atau paling "fundamental" akan aksioma ini. Seperti yang sudah diketahui, tingkat kenakalan para pemuda atau remaja pada akhirnya tidak kunjung menurun secara perbuatan.

Fenomena ini jamak dan kita dapat menjumpainya dimana-mana. Tetapi kami, sungguh merasa sangat ironis. Mengapa? Karena Orang-orang khususnya kita selaku Orang-Tua, hanya mampu untuk megkritiknya saja tanpa ada sedikitpun kerja keras menyelamatkan mereka dari keterpurukan ini.

Suatu waktu, ada seseorang yang pernah berkata kepada kami. "Gak papa, gak masalah nakal. Nakal muda itu "Lebih Baik" dibanding nanti pas dirimu nakal ketika Usia Tua." Para sahabat pastinya sudah dapat membayangkan betapa buruknya kalimat atau paradigma tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun