Kalau generasi pemuda tidak mewarisi bidang-bidang terkait sektor tersebut, paling tidak salah satunya, apa lalu yang akan terjadi? Serbuan asing untuk memulai kembali upaya neo-kolonialis merupakan peluang investasi mereka.
Kecerdasan bisa diraih. Maka dari itu, pembagian bidang adalah solusi yang tepat. Para pemuda ialah Anak-anak kita, memang mempunyai keahlian individunya masing-masing. Bisa dilihat dari hobinya. Oleh sebab itulah, berbagai bidang atau hobi tersebut, harus bisa untuk saling melengkapi antar sesama.
Pemuda yang menyukai pertanian, peternakan, perkebunan, harus bisa berbagi pengetahuannya terhadap sesama. bagaimana upaya yang dilakukan? Tentu saja, dengan adanya upaya sharing (berbagi pengetahuan).
Akan tetapi, ini justru problema yang utama pula. Pemuda kita memang cerdas. Pandai akan hal-hal yang bersifat akademik. Namun, survei ternyata membuktikan. Minat mereka terhadap tiga kualifikasi sektor-sektor kebutuhan tersebut, jarang bahkan hampir tidak ada yang memiliki minat.
Padahal, fenomena Dunia setiap hari bahkan hingga detik ini, agradasi dari segi ekonomi dan politik, tengah mengalami krisis yang begitu berlebihan. Apa gunanya menjadi arsitek, penulis, peragawati, guru olahraga, ahli sastra, filosof, guru, dosen, kalau tidak bisa makan? Karena pangan tak ditanam?
Pemuda kita itu banyak yang arogansi. Tidak sedikit dari mereka yang menyombongkan diri, sebab merasa hebat. Darimana hebatnya? Pandai matematika, fisika, sains, puitisi, novelis, kalau tidak mau berbagi serta membuka diri untuk pengetahuan?
Itulah masalahnya para sahabat, tidak jarang pula kami jumpai Remaja-remaja seperti ini. Gengsi di no-1 kan. Sehingga manakala ada teman sebaya-nya yang memang lebih mengetahui, closed for mindset-lah yang selanjutnya dilakukan.
Kacau..!! benar-benar kacau..!! Pikirkan. Memangnya ketika kita diberikan nasehat, kritikan atau pandangan melalui argumen yang terkesan seperti diceramahi, lantas kita yang dianggap menceramahi itu, menganggap mereka Makhluk yang bodoh sebodoh-bodohnya?
Kalau iya, maka sesungguhnya, bukan mereka-lah yang bodoh. Akan tetapi, kita seorang Remaja yang berpandangan tersebutlah yang bodoh. Apabila niat kita selaku Remaja yang mengetahui perihal suatu konsep pengetahuan, lalu menganggap Remaja-remaja yang lain tidak pandai apa-apa, berarti kita sendiri pun begitu bodoh.
Kenapa bodoh, karena tak pandai menganalisis. Bukankah kita sudah tahu, hidup ini berbagai macam Ilmu dan bidang? Kalau teman kita Remaja yang lain tak mengetahui konsep pengetahuan yang kita kuasai, bukan berarti mereka tak paham apapun. Bisa jadi, ternyata minat, bakat, dan skill mereka ada pada bidang atau sektor yang lain.
Cobalah untuk berbagi pengetahuan. Mulailah kita para Remaja untuk melakukannya. Dan juga, kita jangan sampai menutup diri pula secara pikiran. Dengan kata lain, lebih spesifiknya yaitu menceramahi, tetapi tidak mau diceramahi. Itu pola pikir yang tidak bagus.