Para Remaja atau pemuda, bisa secara terang-terangan berkata-kata kasar terhadap sesamanya, karena tentu mereka berpikir bahwa hal yang demikian bukanlah merupakan sesuatu yang salah.
Memanggil atau berkata kasar terhadap sesama temannya, itu adalah suatu kebaikan. Dan terhadap objek yang dipanggil atau diajak berbicara pun, tidak merasakan keberatan sama sekali.
Pemikiran ini mengapa terjadi? Itukan sebetulnya hanya menduga-duga saja. Bagaimana jikalau objek temannya itu merasa sedih atau merasa "terbully," dan dia tidak memiliki keberanian untuk mengungkapkannya?
Sebab manakala dia mengatakan suatu keberatan, teman-temannya sudah dengan siap dan ringan tangan, akan menghajar teman tadi secara brutal. Kalaupun itu tidak dilakukan, predikat "tidak setia kawan" atau bisa juga "orang ketinggalan jaman" disematkan padanya. Sehingga lama-kelamaan, menjadi suatu tabiat atau perilaku yang wajar.
Apakah ini bukan sesuatu yang memalukan peradaban? Dimana sikap etisnya? Sudah pasti jawabannya adalah tidak ada sama sekali.
Anehnya, para remaja malah-malah merasa senang dan merasakan suatu kebahagiaan paling terbesar sepanjang hidupnya, yang kelak menjelmakan kenangan terindah dalam pikirnya, akan paradigma persahabatan semacam ini.
Kemudian pada satu sekolah, sebut saja SMP atau SMA (baiklah, tidak terkecuali Sekolah Dasar sekalipun). Para anak-anak atau remaja itu membuat perkumpulan-perkumpulan geng-gengnya.
Uniknya, setiap geng tersebut memiliki anggota yang berbeda-beda, tetapi masih dalam satu lembaga naungan sekolah formalitas yang sama.
Ini baru dalam skala kecil, pikirkan jikalau yang kecil ini menjelma menjadi sesuatu yang besar? Terutama bila kita menyandingkannya pada hal-hal yang bersifat dunia per-politikan? Kita tentu akan mendapat kesimpulan, bahwa pasti akan terjadi perpecahan dalam kubu bangsa itu sendiri.
Sahabat mungkin ber-prinsip untuk jangan disamakan. Kalau begitu, berarti kita meyakini suatu ke-abadian hidup, yang kita sendiri tidak pernah jumpai. Remaja adalah generasi-generasi penerus tongkat estafeta peradaban Dunia. Mengapa? Karena kita selaku Orang-Tuanya akan pergi seiring dengan berjalannya waktu.
Tidak ada yang abadi di Dunia. Kalau ketika sa'ah (waktu) atau ajal memanggil Kita telah tiba, bagaimana lantas dengan keberlangsungan hidup kedepannya? Sementara saat ini para generasi remaja, kita tinggalkan dalam kondisi yang lemah secara moral dan spiritual.