Mohon tunggu...
Ahmad Ramadani
Ahmad Ramadani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Just Studying

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Globalisasi dan Gawai yang Menyebabkan Penurunan Nilai-nilai Pancasila pada Generasi Muda

25 Februari 2023   09:35 Diperbarui: 26 Februari 2023   13:57 705
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Globalisasi merupakan proses kemajuan yang mengikuti arus perkembangan zaman. Globalisasi menjadi suatu gejala terbentuknya sistem organisasi dan komunikasi yang mengikuti sistem nilai kaidah yang sama antara masyarakat seluruh dunia karena adanya kemajuan transportasi dan komunikasi sehingga memperlancar interaksi antarwarga dunia. Penyebab utama terjadinya globalisasi adalah adanya perkembangan zaman yang semakin cepat. Perkembangan zaman menuntut semua orang untuk menyesuaikan diri terhadap kondisi zaman yang makin maju dan modern.

Dampak globalisasi yang sering kita rasakan adalah majunya teknologi, komunikasi dan transportasi, misalnya seperti penggunaan smartphone, penggunaan internet, adanya aplikasi ojek online, peralatan rumah tangga serba canggih, ditemukannya listrik tenaga matahari dan lain sebagainya. Dalam bidang komunikasi, telah tercipta berbagai jenis alat komunikasi yang memperlancar komunikasi dan lebih praktis tanpa terhalang jarak dan jarak, seperti gawai. Gawai bisa berupa handphone, laptop dan sebagainya, yang mana dengan menggunakan gawai ini dapat mengirim pesan dengan praktis, melihat berita dalam negeri maupun luar negeri, meningkatkan ekonomi negara dengan adanya jual-beli online, dan lain sebagainya.

Akan tetapi, apabila kita tidak bisa mengimbangi penggunaan gawai di era globalisasi saat ini maka hanya akan membawa dampak negatif bagi diri sendiri dan menurunkan nilai-nilai pancasila yang sudah menjadi jati diri bangsa Indonesia. Pengaruh negatif globalisasi terhadap Pancasila seperti munculnya sifat sikap individualistik. Masyarakat merasa di mudahkan dengan teknologi maju membuat mereka merasa tidak lagi membutuhkan orang lain dalam beraktifitasnya.

Masyarakat dan terkhususnya anak-anak remaja lebih memilih untuk menghabiskan waktunya untuk bermain gadget dan aktif di media sosial dibandingkan berinteraksi dengan orang lain disekitarnya.  Kadang mereka lupa bahwa mereka adalah makhluk sosial. Hal ini telah mempengaruhi salah satu aspek budaya Indonesia dan nilai pancasila yaitu gotong royong. Sehingga, globalisasi telah membawa masyarakat Indonesia pada masyarakat yang lebih individualis. Padahal seperti yang kita ketahui gotong royong merupakan konsep yang di junjung tinggi oleh para pendahulu kita melaui sila ke-4.

Dampak lainnya adalah banyaknya budaya asing yang masuk ke Indonesia yang pada akhirnya mengikis nilai-nilai asli bangsa Indonesia. Era globalisasi telah melahirkan berbagai perangkat teknologi modern, membawa budaya asing masuk ke Indonesia dan menjadi sesuatu yang bisa mengikutinya. Masuknya era globalisasi ini membuat banyak fenomena tanpa batas seakan menghilang akibat berbagai perkembangan di segala aspek kehidupan, khususnya di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.

Sehingga kebanyakan orang saat ini tumbuh dengan kepribadian negara asing. Hilangnya identitas mereka jelas tercermin dalam nilai-nilai luhur Pancasila. Seperti cara hidup kebarat-baratan, cara dan gaya berpakaian, gaya rambut dan lain sebagainya. Tidak semua budaya Barat baik dan cocok diterapkan di Indonesia. Budaya negatif yang mulai mengubah budaya asli seperti anak yang tidak lagi menghormati orang tua, kehidupan remaja yang bebas, kesenjangan sosial, dan lain-lain. Penghayatan dan pemahaman nilai-nilai pancasila tidak dimurnikan dengan baik, terbukti dengan banyak diterapkannya budaya asing yang tidak sesuai dengan budaya Indonesia.

Dengan adanya pengaruh negatif dari globalisai dan gawai ini, maka diharapkan bangsa dan rakyat Indonesia mampu menyaring agar hanya nilai-nilai kebudayaan yang baik dan sesuai dengan kepribadian bangsa saja yang terserap. Sebaliknya, nilai-nilai budaya yang tidak sesuai apalagi merusak tata nilai budaya nasional mesti ditolak dengan tegas. Kunci jawaban dari persoalan tersebut terletak pada Pancasila sebagai pandangan hidup dan dasar negara. Bila rakyat dan bangsa Indonesia konsisten menjaga nilai-nilai luhur bangsa, maka nilai-nilai atau budaya dari luar yang tidak baik akan tertolak dengan sendirinya.

Pancasila dapat berperan penting sebagai penyaring nilai-nilai baru. Kita harus bisa beradaptasi dengan cepat tapi Pancasila tetap mempertahankan nilai-nilai budaya asli. Pancasila dapat digunakan untuk memilah nilai mana yang dapat diserap kemudian disesuaikan dengan nilai Pancasila. Pancasila perlu disosialisasikan dan diindoktrinasi kembali, terutama bagi generasi muda yang sedang dalam proses mengembangkan diri untuk menjadi modern dan mampu mempertahankan eksistensinya.

Sebagai warga negara Indonesia tentunya kita harus menjaga dan memelihara Pancasila dengan menjalankan dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila, memahami pentingnya Pancasila dan menanamkan dalam diri kita bahwa Pancasila adalah identitas bangsa yang harus kuat dipertahankan. Oleh karena itu, di harapkan Pancasila tetap menjadi pandangan yang memiliki nilai besar di dalam negara dan tidak akan pernah luntur terkikis perkembangan zaman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun