Mohon tunggu...
Ahmad Rajafi Sahran
Ahmad Rajafi Sahran Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Membaca, Menulis, dan Menghasilkan Karya

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Memilih Presiden dengan Pancasila

3 Juli 2014   21:49 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:36 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Di dalam Islam ada konsep "tabayun" untuk mendapatkan kebenaran dari suatu kabar negatif yg menerpa dirinya dan bukan diri org lain, ari orang yg memberi kabar tersebut hingga bertemu dg sumber aslinya. Adapun kabar negatif yg perlu dilakukan "tabayun" adalah kabar yg betul2 berdampak pada terganggunya tabilitas kehidupan, dan bukan kabar negatif biasa.

Adapun pada tataran makro, sikap tabayun dibutuhkan demi mendapatkan kemashlahatan secara umum. Hal ini seperti yg terjadi beberapa hari ini di Indonesia. Di mana pada masa kampanye pilpres 2014, dua calon presiden mendapatkan berbagai serangan pemberitaan negatif di berbagai media. Anehnya, muncul beberapa orang yg ikut2an terseret arus pemberitaan tersebut sehingga dengan mudah terprovokasi untuk ikut menyebarkan pemberitaan tersebut dengan komentar2 tambahan yang sangat tidak berakhlak. Meskipun kedua capres tersebut telah memberikan klarifikasi atas pemberitaan negatif pada diri mereka.
Berdasarkan problem sosial di atas, maka sesungguhnya sumber utamanya terdapat pada lemahnya kontrol sosial akibat kebebasan informasi global yg kemudian menegasi paradigma berdirinya bangsa ini. Paradigma tersebut terakumulasi pada bagan ideologi bangsa Indonesia yakni Pancasila. Jika dirujuk pada lima sila tersebut, maka maknanya yakni ;
(1) Ketuhanan yang Maha Esa. Maka kita sebagai bagian dari warga negara, sudah disepakati haruslah beragama, dan konsekwensinya dari masyarakat yang beragama adalah terciptanya masyarakat yang beradab, tidak mudah memfitnah, dan selalu menghadirkan kebaikan-kebaikan bagi sekitarnya. Oleh karenanya, siapa saja yang mengaku warga negara Indonesia namun mudah untuk menghadirkan kemafsadatan sosial, maka bisakah dia disebut sebagai masyarakat yang beragama?
(2) Kemanusiaan yang adil dan beradab. Prinsip dasar yang kedua ini adalah semangat untuk membumikan prinsip-prinsip agama yang telah tertuang pada sila pertama. Di mana seseorang sesungguhnya bisa disebut sebagai manusia jika jiwa hidupnya adalah keadilan dan keberadaban. Sikap adil dapat diukur ketika seseorang mampu menjadi problem solver di dalam masyarakat. Sedangkan sikap keberadaban dapat diukur dari tingkah laku yang ditunjukkan di dalam masyarakat. Dan pada masalah pilpres kali ini, akan sangat terlihat mana manusia-manusia yang adil dan beradab dalam menanggapi kampanye negatif di lapangan.
(3) Persatuan Indonesia. Pada aspek ini, manusia-manusia yang beragama dan terbangun di dalamnya sifat adil dan beradab, tentunya tidak akan menciptakan segala sesuatu yang dapat memecah belah persatuan dan kesatuan. Termasuk pada masalah pilpres kali ini, bukankah pemilihan presiden ditujukan untuk mendudukkan anak bangsa yang terbaik sebagai pemimpin bangsa ini, dan bukankah mereka juga telah diseleksi dengan ketat oleh Komisi Pemilihan Umum yang bekerja secara keras dan independen. Lalu mengapa kita menjadi lupa dan melakukan sesuatu yang tidak dirasa olehnya dapat memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa ini.
(4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Artinya ada sikap kebersamaan baik dalam proses maupun menikmati hasilnya. Kita adalah rakyat yang sedang memilih calon pemimpin yang dapat mengayomi kita. Untuk itu, sikap penuh mencari kebaikan lewat hikmah dari Tuhan melalui jalan istikharah, dapat menghadirkan kebijaksanaan yang besar, dan pada saat musyawarah besar yakni masa pencoblosan, kita betul-betul dapat memilih dengan benar.
(5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Inilah hulu dari semua keinginan besar dari pemilihan presiden nanti, yakni pemerataan di setiap lini kehidupan masyarakat.
Semoga semangat kebersamaan sebagai warga bangsa Indonesia mampu menutup sikap jumawa dan keras kepala dalam mendukung masing-masing calon presiden. Jangan mudah terprovokasi sehingga kemudharatan baik yang bersifat personal maupun global tidak akan muncul di bumi Indonesia ini. Cintailah masing-masing di antara kita karena sama-sama ciptaan Tuhan, sehingga Tuhan pun akan mencintai kita dan mendatangkan untuk kita kebaikan yang lebih besar lagi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun