Mohon tunggu...
Ahmad Rabbani Firmansyah
Ahmad Rabbani Firmansyah Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Saya adalah seorang mahasiswa

Saya memiliki hobi pada bidang laut. Karena laut merupakan kehidupan bagi ragam organisme

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menjaga Adab dalam Kebebasan Berpendapat: Menguatkan Nilai Kemanusiaan di Era Media Sosial

24 November 2024   20:28 Diperbarui: 24 November 2024   20:42 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Media sosial telah mengubah cara kita berkomunikasi dan menyampaikan pendapat, dengan TikTok menjadi salah satu platform utama diskusi dan perdebatan berbagai isu. Ironisnya, sering kali perdebatan di platform ini tidak disertai etika dan adab yang seharusnya, dengan banyak pengguna merasa bebas berbicara tanpa mempertimbangkan dampak dari apa yang mereka sampaikan terhadap orang lain. Fenomena ini mencerminkan bahwa nilai-nilai kemanusiaan, seperti yang terkandung dalam sila kedua Pancasila, yaitu Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, sering kali terabaikan dalam interaksi digital. Fitur seperti "duet" atau "stitch" sering digunakan sebagai sarana perdebatan yang tidak sehat, dengan banyak pengguna menggunakan bahasa kasar dan provokatif.

Dalam konteks ini, nilai-nilai Pancasila, khususnya sila kedua, sangat relevan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Sila kedua mengajarkan pentingnya menghormati martabat manusia dalam segala situasi, termasuk ketika kita berdebat atau memberikan kritik di media sosial. Menghormati kemanusiaan berarti menyampaikan pendapat dengan cara yang tidak merendahkan orang lain dan membangun dialog yang adil. Kritik yang beradab adalah bentuk penghormatan terhadap hak dan martabat orang lain, terlepas dari perbedaan pandangan. Selain itu, pendidikan literasi digital menjadi langkah awal yang sangat penting untuk menginternalisasi nilai-nilai Pancasila di dunia maya, dengan masyarakat diajarkan bagaimana menyampaikan kritik yang sopan dan konstruktif tanpa menyerang secara personal.

Masyarakat perlu menyadari bahwa nilai-nilai Pancasila tidak hanya berlaku dalam kehidupan nyata tetapi juga dalam interaksi di dunia maya. Ketika kita mengkritik dengan adab, kita menunjukkan penghormatan terhadap kemanusiaan orang lain, dan kritik yang beradab lebih mungkin diterima dan menciptakan solusi yang membangun. Sebaliknya, kritik yang kasar hanya akan memperburuk suasana dan memicu konflik yang tidak perlu. Oleh karena itu, memperkuat nilai-nilai Pancasila dalam aktivitas online, khususnya pada platform seperti TikTok, bukan hanya sebuah keharusan tetapi juga langkah penting untuk menjaga harmoni dalam masyarakat digital. Sebagai penutup, kritik yang beradab adalah bentuk tanggung jawab kita dalam menggunakan kebebasan berpendapat, baik di dunia nyata maupun maya, menjaga etika dalam berkomunikasi, serta berkontribusi pada terciptanya ruang digital yang lebih sehat dan produktif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun