Hal yang paling berat bagi seorang hamba adalah istiqomah. Sulit rasanya untuk konsisten melakukan ibadah. Menjaga sholat tepat waktu terus-menerus, menjaga zikir terus menerus, menjaga lisan agar tidak berbohong dan menjaga mata agar tidak melihat sesuatu yang dilarang Allah SWT., merupakan hal yang sulit dipertahankan. Mungkin teman-teman juga merasakannya.
Saya sendiri ketika sudah melakukan hal-hal hedonistik, membuat saya merasa lupa akan eksistensi tuhan saya, wal iyya dzubillah. Saya jadi sholat tidak tepat waktu, malas belajar, malas ngafal Quran, malas bekerja, pokoknya saya merasa melas untuk melakukan hal-hal positif. Yang saya fikir ketika itu hanyalah kehendak saya, saya merasa bahagia ketika saya mengikuti kehendak saya.
Tapi, lama-kelamaan saya merasa sadar bahwa ketika saya terus-menerus mengikuti kehendak saya, saya merasa hidup saya semakin kacau dan tidak bernilai. Saya merasa kecewa dengan diri saya sendiri  kenapa saya jadi begini, saya sempat berfikir apakah ini yang di maksud "kami sesatkan kamu setelah kami beri petunjuk" ? naudzu billahi min zalik.
Saya pun merasa harus berhenti mengikuti kehendak saya kala itu. Ingin rasanya kembali ke rutinitas positif seperti sebelumnya. Akan tetapi teramat sulit bagi saya.
Saya pun menjauhkan wasilah-wasilah yang dapat mengantar saya kepada perbuatan menuruti kehendak saya. Semuanya sudah berhasil saya jauhi kecuali HP. HP memang alat yang sulit dipisahkan  dari hidup saya saat ini. kebanyakan dari kita semua akan hampa hidupnya jika tidak punya HP, tidak punya paket internet, atau jaringan internet.
Tapi Alhamdulillah saya merasa Allah telah menolong saya. HP saya tiba-tiba tidak berfungsi ketika saya mainkan. Touch Screen nya tidak berfungsi, tombol bungkamnya juga tidak berfungsi. Saat itu saya hanya bisa menunggu baterainya habis, lalu kembali dicas dan dihidupkan untuk memulihkannya.
Saya pun, mulai bingung mau ngapain. Mau makan males, mau main juga bimbang takutnya saya semakin memperturutkan kehendak saya. Saya hanya terbaring dan memikirkan apa yang menyebabkan saya menjadi begini, menjadi jauh dari akitfitas positif, dan hanya menuruti kehendak dan keegoisan saja.
Pertanyaan-pertanyaan saya mereaksikan saya untuk mencari jawabannya. Saya pun mulai mencari jawabannya di buku saya yang tergeletak di meja yang berjudul Risalah Qusairiyah Sumber Kajian Ilmu Tasawuf. Â Di dalamnya saya menemukan berbagai kebijaksanaan ulama-ulama sufi dan berfikir untuk membuat artikel dari apa yang saya alami ini, menjelang HP saya kembali pulih wkwk.
Salah satunya ialah Muhammad bin Fudhail, beliau berkata "kesenangan atau kesenggangan merupakan pembebasan dari syahwat dan kesenagan nafsu."
Melalui buku itu Imam Qusyairi juga berkata "nafsu mempunyai dua sifat yang mampu mencegah kebenaran. Pertama, ketekunannya mengikuti syahwat dan kedua mencegah ketaatan. Jika nafsu ketika mengendarai keinginannya (hawa nafsu) liar (lafadz asli : lari) tidak terkendalikan, maka dia wajib dikekang dengan kekang takwa. Jika seorang hamba berhenti dengan menetapi perintah-perintah agama, maka dia wajib digiringi pada penentangan hawa nafsu."
Dan dari Dzun Nun Al-Mishri "kerusakan masuk pada makhluk melalui enam perkara. Pertama, lemahnya niat untuk berbuat amal akhirat. Kedua, badan yang dijadikan nafsunya. Ketiga, angan-angan yang panjang yang menguasai dirinya, padahal ajal sangat dekat. Keempat, lebih mengutamakan keridhaan makhuk daripada keridhaan Allah SWT.Â