Mohon tunggu...
Muzakkil Anam
Muzakkil Anam Mohon Tunggu... -

Asal dari Jepara

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Tips Hemat Anak Kos

9 Maret 2015   13:46 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:57 1487
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjalani kehidupan sebagai anak kos memanglah tidak mudah, kita dituntut untuk bisa me-manage pola hidup kita sehari-hari. Terlebih bagi anak kos yang berkuliah, selain dihadapkan pada kemandirian, juga dihadapkan pada masalah pengelolaan keuangan, apalagi jika uang yang digunakan masih meminta pada orang tua. Selain membayar kos, baik itu bulanan atau tahunan, anak kos juga memiliki tanggungan lainnya, diantaranya adalah tentang makanan. Bukan karena menjadi anak kos lantas kebutuhan untuk makan jadi berkurang. Karena terlepas apakah ia anak kos atau anak rumahan, setiap orang tentu membutuhkan makanan yang teratur untuk menjaga kebugaran tubuh.

Beda anak kos dengan anak rumahan dalam hal makanan adalah jika kita anak rumahan, hampir bisa dipastikan kita tak akan kekurangan makanan. Meskipun dengan menu sederhana sekali, setidaknya kita tak perlu dipusingkan dengan urusan perut. Lain halnya dengan anak kos, di samping karena makanan tak selalu tersedia, masalah keuangan pun menjadikan anak kos harus pintar-pintar mengatur keuangan agar di satu sisi tetap bisa makan, dan di sisi lain bisa tetap hemat.

Sudah menjadi kewajaran jika pada tanggal muda, pola hidup glamour di kalangan anak kos begitu nampak. Namun seiring bergantinya hari, glamouritas tersebut mulai menurun hinga pada titik terendahnya bisa dikatakan menjadi amat sederhana, tak terkecuali dalam hal makanan. Siklus ini selalu berulang tiap bulannya.

Terkait dengan makanan, berikut penulis sampaikan beberapa tips agar hemat dalam makanan, utamanya bagi para koster (istilah penulis menyebut anak kos):

1. Masak Sendiri

Masak sendiri adalah alternatif yang bisa digunakan untuk menghemat uang dalam hal makan. Dari pengalaman penulis, perbandingan biaya makanyang dikeluarkan antara masak sendiri dengan makan di warung sekitar 3:1. Artinya, dengan masak sendiri, biaya yang dikeluarkan untuk makan tiga kali sehari adalah sama dengan makan sekali di warung makan. Misalnya: untuk makan sekali di warung makan dibutuhkan biaya 10.000,-, artinya untuk sehari saja butuh biaya 30,000,-. Padahal, jika kita masak sendiri, biaya 10.000,- ini bisa untuk digunakan tiga kali makan. Jika demikian, mari kita perhatikan perhitungan sederhana ini:

Makan di Warung Makan/Bulan Masak Sendiri/Bulan

30.000,- X 30 = 900.000,- 10.000,- X 30 = 300.000

Makan di Warung/Tahun (12 Bulan) Masak Sendiri/Tahun (12 Bulan)

900.000 X 12 = 10.800.000,- 300.000,- X 12 = 3.600.000,-

Artinya, selisih yang diperoleh dalam satu tahun antara biaya makan di warung dengan masak sendiri adalah 7.200.000,-. Jumlah yang cukup signifikan tentunya.

2. Pintar-pintar dalam Belanja

Sebelum membahas poin kedua ini, perlu dipastikan bahwa jika memang para koster ingin masak sendiri, pastikan kos-kosan yang ditempati menyediakan peralatan masak, atau minimal kita bisa mengadakannya sendiri. Lantas, tips hemat selanjutnya adalah pintar-pintar dalam belanja. Pintar seperti apa yang dimaksud? Penulis beri contoh ketika membeli ayam. Jika ayam yang akan kita beli adalah dalam timbangan kiloan, maka pastikan tidak memilih bagian yang banyak tulang. Pilihlah bagian ayam yang sedikit tulangnya, lebih bagus lagi jika bisa semuanya daging. Jadi, satu kilo ayam yang kita beli memang benar-benar satu kilo daging, bukan satu kilo dengan tulang-tulangnya. Asumsinya, jika satu kilo itu daging semua, maka bisa dibuat makan – katakanlah – untuk kali/2 hari, namun jika berisi tulang-tulang hanya 3 kali/1 hari saja. Begitu pun dengan bahan-bahan makanan lainnya, belilah dengan cermat untuk menekan pengeluaran uang.

3. Jangan Biarkan sisa Makanan Terbuang

Seringkali, kita menyisakan makanan yang tanpa kita sadari akhirnya kita harus membuangnya, karena keadaan makanan itu sudah tidak layak konsumsi. Hal ini sangat tidak menguntungkan bagi anak kos dengan anggaran yang minim. Sebisa mungkin setiap harinya jangan sampai ada makanan yang tersisa, apalagi membuangnya. Jika pun terpaksa ada yang tersisa, maka hendaknya makanan itu dirawat agar esoknya bisa dimakan/diolah kembali. Adapun jika enggan memakan makanan kemarin, maka selalu cermatilah apakah yang kita masak saat ini tidak terlalu banyak atau terlalu sedikit? Masaklah sesuatu yang kiranya hanya dimakan untuk hari ini saja tanpa tersisa.

4. Jangan Pilih-pilih Makanan

Jika sebelumnya kita adalah pemilih makanan, maka ketika kita hidup di kos, maka mulailah rubah kebiasaan buruk kita dengan memilih-milih makanan.

5. Jangan Takut Mencoba

Mungkin poin ini agak sedikit aneh, karena apa hub ungannya menghemat uang makan dengan jangan takut mencoba? Jangan takut mencoba di sini adalah mencoba untuk memasak. Sebagian beralasan bahwa enggan untuk masak sendiri karena tidak bisa memasak. Alasan ini penulis rasa adalah bentuk kemalasan. Akan lebih bisa diterima alasan bahwa di kos tidak ada alat untuk memasak dari pada alasan bahwa kita tak bisa memasak. Bukankah di zaman teknologi saat ini segalanya bisa kita dapatkan dengan mudah, termasuk resep makanan? Penyajian makanan dari yang paling sederhana hingga yang paling rumit semuanya dapat tersaji dengan mudah. Memang, memasak tidak cukup melakukan apa yang diminta oleh buku resep, harus ada bakat di dalamnya. Tapi bukan berarti ketika pertama masak kemudian tidak enak itu menandakan kita tak bakat memasak. Memasak, menurut penulis adalah ibarat kita belajar naik sepeda. Tentu kita belajar naik sepeda pernah jatuh, tidak serta merta sekali coba bisa. Lantas apakah ketika kita terjatuh kita menyerah? Masak pun kurang lebih demikian. Hari ini mungkin terlalu hambar, besok terlalu asin, esoknya lagi taka da rasanya. Ini semuanya ibarat jatuh saat belajar sepeda. Tapi jika kita terus mencoba dan mencoba, maka bukan hal yang mustahil jika kita selanjutnya mahir untuk memasak.

Demikian yang bisa penulis sajikan, semoga bermanfaat. []

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun