Mohon tunggu...
Ahmad Mursyid
Ahmad Mursyid Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

i'm so simple. http://themilleniumface.blogspot.com/ --- http://uchid.tumblr.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Degradasi Substansi Makna Pencatatan (Akuntansi)

29 Oktober 2013   17:20 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:52 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_297968" align="aligncenter" width="180" caption="Patung Luca pacioli di Tempat Kelahirannya, San Sepolcro, Italia"][/caption]

“Luca Pacioli”. Mahasiswa jurusan akuntansi pasti mengenalnya. Yah, beliau adalah the father of accounting. Fra Luca Bartolomeo de Pacioli hidup dari tahun 1445 sampai 1517, Fra di awal namanya menandakan bahwa Pacioli adalah seorang biarawan Katolik. Ia biarawan dari Ordo Franciscan yang didirikan St. Francis dari Assisi,  Italia.

Sedikit Flashback ke Sejarah Ilmu Akuntansi

Karya Pacioli yang dikenal di seluruh dunia berjudul lengkap Summa de Arithmetica, Geometria, Proportioni et Proportionalita (Himpunan Pengetahuan tentang Aritmetika (berhitung), Geometri (ilmu ukur), Proporsi (hubungan yang dinyatakan dengan rasio) dan Proporsionalitas (keselarasan proporsi), diterbitkan di Provinsi Venesia, Italia tahun 1494. Ada yang mengatakan bahwa karya pacioli tersebut adalah buku teks dan ada juga yang mengatakan bahwa karya tersebut adalah ensiklopedia. Summa de Arithmetica ditulis oleh Pacioli dengan menggunakan bahasaa sehari-hari agar dapat dibaca oleh setiap orang dan bukan dalam bahasa Latin yang merupakan tradisi ilmiah pada zaman itu.

Pencetakan karya agung Pacioli disponsori oleh Marco Sunoto (bukan orang Indonesia pastinya………), seorang guru besar matematika. Andaikata buku itu tidak dicetak oleh Sunoto, bisa jadi ilmu akuntansi tidak ada sampai sekarang khususnya sistem pencatatan double-enty system. Jadi berterima kasih-lah pada pak Sunoto!!. Pacioli berterima kasih kepada Marco Sunoto yang mendanai pencetakan bukunya, namun buku itu dipersembahkannya kepada Gudobaldo da Montefeltro (Duke of Urbino). Pacioli juga memanfaatkan perpustakaan Montefeltro untuk penelitian matematikanya. Jadi, mungkin saja Montefeltro pernah beguru pada Pacioli. Luar biasa!!!!

“Double-entry Bookkeeping” Bagaikan Seember Air dari Sumur yang Dalam

Bagaikan seember air dari sumur yang dalam’ Sepenggal kalimat itu adalah analogi dari karya Pacioli yang digunakan sebagai dasar pencatatan transaksi ekonomi (keuangan) di seluruh dunia oleh semua lapisan institusi atau organisasi, yakni sistem pencatatan double-entry. Analogi seember air sangat tepat, mengapa??

Summa de Arithmetica dibagi dalam dua volume yang dijilid menjadi satu buku. Volume I terdiri atas Sembilan bab. Bab 1 samapi bab 7 membahas aritmetika. Bab 8 merupakan pembahasan sederhana pertama mengenai aljabar. Bab 9, tentang bidang usaha dan perdagangan yang terdiri atas 12 bagian. sepuluh bagian pertama membahas barter dan wesel (bills of exchange). Bagian ke-11 mengenai tata buku, dan bagian ke-12 tentang kurs mata uang asing serta satuan ukuran. Kebanyakan pembahasan dalam volume I diambil dari tulisan Fibonacci dan dikembangkan. Volume II hanya terdiri dari satu babying membahas tentang geometri dengan bahasa yang sederhana, dengan merangkum dan memutakhirkan karya-karya Archimedes, Euclid, Fibonacci, dan Piero Della Francesca.

Seember air itu adalah Volume I, Bab  9, Bagia ke-11 tentang tata buku (double-entry bookkeeping) yang terdiri atas 24.000 kata setebal 27 halaman dengan julu Particularies de Computies et Scripturis (kekhasan menghitung dan menulis). Hanya bagian ini lah dari keseluruhan karya suci Pacioli yang diterjemahkan ke dalam 14 bahasa lain, diantaranya bahasa Inggris, Belanda (yang membawanya ke Indonesia), Jerman, Prancis, dan Rusia. Amazing….!!!

Jurnal dan Buku Besar; “Kebenaran” Matematis Debit dan Kredit

Pacioli menulis bahwa seorang saudagar perlu memelihara tiga buku: memoriale, giornale, dan quaderno. Siswa atau mahasiswa yang pernah belajar tentang tata buku pasti mengenal fungsi ketiga buku ini. Memoriale adalah buku harian yang menampung transaksi dan peristiwa usaha secara kronologis. Giornale adalah jurnal, yang mengolah buku harian dengan membagi transaksi ke dalam akun debit dan kredit. Dari sinilah sebenarnya istilah tata buku berpasangan atau double-entry system muncul. Dan quaderno adalah buku besar atau ledger.

Pada bab 9 karya Pacioli, belia memberi dua pesan. Pesan pertama merupakan petunjuk mengenai kehidupan di zamannya, dimana agama dan bisnis berpadu. Pacioli memberi nasihat: saudagar harus memulai bisnisnya dengan menyebut nama Tuhan pada awal setiap buku dari tiga buku yang disebutkan di atas dan menginternalisasi nama suci itu. Ia harus menandai buku pertamanya dengan tanda suci yang mengusir kuasa-kuasa kegelapan.

Nasihat beliau menyiratkan pemikiran di era nya bahwa tata buku dan perdagangan adalah upaya yang sacral. Para saudagar memohon anugrah Tuhan dalam setiap usahanya. Coba bayangkan suasana keyakinan berbisnis dan berakuntansi seperti itu. Perpaduan agama dan bisnis merupakan bentuk pengendalian internal yang dapat menangkal manipulasi pembukuan. Pesan kedua berkaitan dengan penyusunan neraca saldo (trial balance sheet). Pacioli menekankan unsure verifikasi atau pengecekan. Ia menulis “jika jumlah debit sama dengan jumlah kredit, anda bisa menyimpulkan bahwa ledger Anda sudah disusun dan ditutup dengan benar”. Sederhananya, yang dimaksud Pacioli adalah “kebenaran” matematis debit dan kredit. Inilah salah satu fitur istimewa dari tata buku berpasangan.

Nilai Luhur dalam Pencatatan

Dengan latar belakang biarawan Katolik, Luca Pacioli mengajarkan kepada semua orang khususnya pelaku bisnis untuk adil dan jujur dalam tiap tingkah laku. Ini bukan hanya pengaruh agama Kristen, perdagangan di era Pacioli merupakan perdagangan internasional antar-saudagar Islam, Hindu, dan Kristen. Surat Al-Baqarah misalnya, member petunjuk yang jelas mengenai syarat-syarat menjadi akuntan/juru tulis (adil, jujur, berilmu dan mengetahui hukum-hukum Tuhan khususnya yang berhubungan dengan hukum perjanjian).

Memang jaman telah berubah, era Pacioli mungkin 100 kali telah berlari dibanding era sekarang akan tetapi manusia tetaplah manusia. Walau lingkungan telah berubah dengan cepat, bukankah yang membentuk lingkungan atau sitem adalah manusia? Bisa jadi lingkungan atau sistem yang membentuk manusia? –bukan disini ruangnya untuk mendiskusikan mengenai ini- Satu hal yang perlu digarisbawahi bahwa ajaran awal pencatatan adalah agama dan bisnis itu satu padu. Dalam nama Tuhan dan laba bukan sekedar motto, Tuhan nomor satu dan bagi orang yang beriman laba merupakan derivatif dari kuasa Tuhan disamping pentingnya rule of law.

Akuntansi Jaman Sekarang: Sarat Manipulasi?

Semisal Luca Pacioli masih hidup di jaman sekarang, bisa jadi beliau tersentak melihat ilmu yang telah diajarkannya ternyata salah digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Kekaguman Jane Gleeseon-White mengenai tata buku berpasangan di era Pacioli seketika berubah menjadi kekecewaaan melihat skandal demi skandal di bidanng akuntansi dan pelaporan keuangan. Dalam pengamatannya, Jane melihat satu hal yang sangat menonjol, yang membedakan era Pacioli dengan era ‘akuntansi yang menyesatkan’ adalah badan usaha yang berbentuk korporasi. Bisa dikatakan bahwa era Pacioli adalah era dimana benih-benih kapitalisme ditaburkan dan sekarang telah tumbuh subur dan dangat terawat.

Sekarang telah memasuki abad 21 kawan!! Pacioli hidup di abad 14. Dulu pembukuan bersifat ukhrawi, sekarang pembukuan beroientasi duniawi, jadi wajarlah!!! Dari Eropa, praktik bisnis dan industri masuk ke Amerika dan pada akhirnya bermunculan skandal-skandal akuntansi, Enron, Xerox, Green Tree Financial Corporation, Worldcom dan Arthur Andersen di penghujung abad 20, memasuki abad 21. Setelah itu, dunia akuntansi dan audit tidak sepi atau selalu ramai dengan skandal-skandal besar (di Indonesia misalnya: Kasus Bank Lippo, Kimia Farma, Perusahaan Gas Negara, Ades Alfindo, dll). Sungguh sebuah ironi!!!

Tidak dapat dipungkiri suasana, paham, dan praktik-praktik sakral dengan landasan agama dan iman semakin luntur atau bahkan hilang sama sekali. Ketuhanan yang maha esa berubah menjadi keuangan (laba, omzet, asset, dll) yang maha kuasa. In god we trust hanyalah sekedar ungkapan yang nyaman didengar tetapi tidak mencerminkan perilaku para pengelola korporasi. Tidak mengherankan, kita menyaksikan dari suatu skandal keuangan kedepannya semakin menggila karena “…akar segala kejahatan adalah cinta uang.” (1 Timotius 6: 10a).

Referensi:

1.Tuanakotta, M. Theodorus. 2013. Mendeteksi Manipulasi Laporan Keuangan. Jakarta: Salemba Empat

2.    Jane Gleeson-White. 2012. Double Entry: How the Merchants of Venice Created Modern Finance. First American Edition

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun