Secara fakta, hewan pembunuh manusia terbesar tiap tahunnya adalah nyamuk. Bukan macan, ikan hiu, buaya, beruang, atau hewan karnivora bangsa lainnya. Namun yang membunuh manusia terbanyak tiap tahunnya adalah hewan kecil bernama nyamuk. Menurut data WHO, nyamuk tiap tahunnya menyebabkan 725.000 manusia terbunuh. Itu jauh lebih besar dari pembunuhan sesama manusia sebesar 475.000 tiap tahunnya.
Pembunuhan dari spesies ini terjadi sebagian besar dari penyakit malaria yang dibawa mereka. Memang terdengar tidak keren, dimana hewan lain seperti ikan hiu, anjing, ular maupun beruang membunuh dengan cara keji dan elegan yaitu memakan dan mencabik-cabik kalian. Pembunuhan cabik-cabik berlanjut kemudian memunculkan dendam manusia pada spesies hewan tersebut dengan membalas nyawa dengan nyawa.Â
Tapi itu tidak berlaku bagi nyamuk, hewan ini killing you softly, perlahan tapi pasti tanpa disadari. Sehingga ketika kamu dendam membalasnya dengan menepuk2 tangan berkali-kali yang ada adalah tangan sakit dan makin kesal karena tidak kena-kena. Brengsek emang.
Indonesia tidak terkecuali dari ancaman penyakit dari nyamuk ini. Tapi taukah kamu berapa biaya yang dikeluarkan rumah tangga per tahunnya untuk obat nyamuk? Dari sumber terpercaya yang tidak bisa saya sebutkan, secara rata-rata rumah tangga Indonesia mengeluarkan dibawah Rp 20.000 per kapita per tahun untuk membeli obat nyamuk.Â
Maka bisnis obat nyamuk tidaklah sebesar ancaman penyakit yang dibawanya. Bisnis obat nyamuk tidak sebesar bisnis kecantikan kosmetik. Tidak sebesar bisnis jualan air soda. Tidak sebesar bisnis menjual permen maupun es krim dengan harga murah. Pun tidak sebesar jualan produk berbau agama dan politik. Ada yang salah dengan masyarakat, atau ada yang bermasalah dengan bisnis ini?
Dari Membunuh, Melindungi hingga akhirnya Jualan Parfum
Ketika masa jaya-jayanya, menjual obat nyamuk haruslah memasang tagline efektif membunuh mati dengan cepat nyamuk. Semua obat nyamuk berlomba-lomba meracik bagaimana meramu racun ke dalam obat nyamuk agar dapat membunuh nyamuk secara instan. Berikan bukti bahwa ketika menggunakan produk obat nyamuk ini ada efek yang dapat dilihat dan dirasakan. Asap obat nyamuk harus dibuat sebanyak mungkin. Efek kulit memakai losion harus segera dirasakan dampaknya pada kulit. Semakin besar efek dan semakin instan efeknya semakin laris produknya.
Era kemudian berubah. Pemakaian AC dan tingginya pendidikan serta perhatian pada kesehatan merubah arah bisnis obat nyamuk. Yang dahulu keren sekarang dilawan. Banyak asap dicurigai berbahaya karena mengganggu pernafasan. Efek instan losion pada kulit dicurigai membuat iritasi kulit. Tukang obat nyamuk mau tidak mau harus mengikuti keinginan konsumen.Â
Mereka harus menurunkan kadar racun yang ada dan juga zat-zat keren yang ada di dalamnya. Namun dampaknya efektifitas menjadi berkurang. Maka mereka merubah mindset konsumen terkait obat nyamuk, dari cepat membunuh menjadi obat nyamuk sebagai pelindung keluarga.
Iklan jualan obat nyamuk berubah, dari dulunya gambar nyamuk mati secara cepat menjadi lebih emosionil kekeluargaan. Kini menunjukkan kasih sayang keluarga. Membeli obat nyamuk berarti menunjukkan kasih sayang terhadap keluarga. Karena membeli obat nyamuk berarti melindungi keluarga dari bahaya ancaman nyamuk. Namun nyatanya cara seperti ini tidak segera langsung diterima konsumen.Â
Ada sebagian yang menerima gaya terbaru ini tapi ada juga sebagian besar yang kecewa karena efektifitas obat nyamuk semakin berkurang. Mereka mau kesan obat nyamuk yang melindungi konsumen, tapi harus tetap cepat membunuh nyamuk. Obat nyamuk yang menyatukan cinta dan pembunuhan cepat. Cinta dan pembunuhan, logika yang absurd.
Belum juga menemukan racikan yang pas untuk logika cinta dan pembunuhan, tren konsumen kembali berubah. Perubahan zaman membuat konsumen menjadi lebih perhatian kepada kecantikan dan gaya hidup. Konsumen berharap menggunakan sebuah produk tidak hanya karena kegunaannya tapi membuat mereka merasa keren dan tampil bergaya. Tidak mau lagi pake obat nyamuk, because pakai obat nyamuk now bikin bodyaey jadi tidak lentik dan tak sedap dipandang orang.
Konsumen adalah raja, tapi konsumen semakin gila. Dunia persilatan obat nyamuk pun gonjang --ganjing. Akhirnya arah persilatan obat nyamuk memilih jalannya masing-masing. Ada yang memutuskan tetap pada kesuciannya. Dia tetap pada kesucian baginya bahwa dia menjual obat racun nyamuk, dan tidak selamanya kita harus menuruti tren dari konsumen.Â
Persilatan ini memutuskan untuk mengedukasi konsumen. Kembali mengedukasi bahaya nyamuk dan bahwa mereka menjual racun, dan batasan akhir mereka adalah obat nyamuk untuk melindungi keluarga. Mereka tidak ingin produknya dikira produk kecantikan yang berarti pakai obat nyamuk bikin kulit kamu putih dan mulus. Kami jualan racun, tapi racun kami aman dan efektif membunuh nyamuk dan melindungi keluarga Anda.
 Persilatan lain memilih jalan berbeda dan coba menuruti keinginan konsumen. Mereka menonjolkan parfum racunnya. Kini mereka menjual racun nyamuk bagaikan menjual parfum seutuhnya, seakan tidak ada racun di dalamnya. Persilatan ini bertempur dengan menonjolkan wangi parfum racunnya. Pake produk kami, wanginya enak.Â
Mungkin konsumen berpikir semua obat nyamuk sama saja, yang penting wanginya enak. Mungkin terdengar gila, tapi benar adanya bahwa konsumen memilih obat nyamuk berdasarkan wanginya. Obat nyamuk seakan sudah menjadi parfum atau pengharum ruangan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H