Ada sebagian yang menerima gaya terbaru ini tapi ada juga sebagian besar yang kecewa karena efektifitas obat nyamuk semakin berkurang. Mereka mau kesan obat nyamuk yang melindungi konsumen, tapi harus tetap cepat membunuh nyamuk. Obat nyamuk yang menyatukan cinta dan pembunuhan cepat. Cinta dan pembunuhan, logika yang absurd.
Belum juga menemukan racikan yang pas untuk logika cinta dan pembunuhan, tren konsumen kembali berubah. Perubahan zaman membuat konsumen menjadi lebih perhatian kepada kecantikan dan gaya hidup. Konsumen berharap menggunakan sebuah produk tidak hanya karena kegunaannya tapi membuat mereka merasa keren dan tampil bergaya. Tidak mau lagi pake obat nyamuk, because pakai obat nyamuk now bikin bodyaey jadi tidak lentik dan tak sedap dipandang orang.
Konsumen adalah raja, tapi konsumen semakin gila. Dunia persilatan obat nyamuk pun gonjang --ganjing. Akhirnya arah persilatan obat nyamuk memilih jalannya masing-masing. Ada yang memutuskan tetap pada kesuciannya. Dia tetap pada kesucian baginya bahwa dia menjual obat racun nyamuk, dan tidak selamanya kita harus menuruti tren dari konsumen.Â
Persilatan ini memutuskan untuk mengedukasi konsumen. Kembali mengedukasi bahaya nyamuk dan bahwa mereka menjual racun, dan batasan akhir mereka adalah obat nyamuk untuk melindungi keluarga. Mereka tidak ingin produknya dikira produk kecantikan yang berarti pakai obat nyamuk bikin kulit kamu putih dan mulus. Kami jualan racun, tapi racun kami aman dan efektif membunuh nyamuk dan melindungi keluarga Anda.
 Persilatan lain memilih jalan berbeda dan coba menuruti keinginan konsumen. Mereka menonjolkan parfum racunnya. Kini mereka menjual racun nyamuk bagaikan menjual parfum seutuhnya, seakan tidak ada racun di dalamnya. Persilatan ini bertempur dengan menonjolkan wangi parfum racunnya. Pake produk kami, wanginya enak.Â
Mungkin konsumen berpikir semua obat nyamuk sama saja, yang penting wanginya enak. Mungkin terdengar gila, tapi benar adanya bahwa konsumen memilih obat nyamuk berdasarkan wanginya. Obat nyamuk seakan sudah menjadi parfum atau pengharum ruangan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H