Kepemimpinan beretika tidak hanya membentuk tim yang memiliki karakter yang kuat, tetapi juga menciptakan praktik organisasi yang etis. Demikian pula dengan reputasi organisasi yang meningkat, yang dikagumi sebagai kepemimpinan dengan kualitas terbaik
Pemimpin yang beretika mempunyai pengaruh positif bagi orang-orang yang dipimpinnya. Dengan mendorong sikap dan tindakan berdasarkan nilai-nilai moral, pemimpin akan menjadi teladan dalam menciptakan lingkungan kerja yang beretika dan membangun reputasi perusahaan yang kuat.
Pada umumnya, seorang pemimpin dijadikan sebagai teladan atau panutan. Perilaku kepemimpinan dapat memengaruhi sikap dan perilaku bawahan atau anggota dalam organisasi. Oleh karena itu, seorang pemimpin memiliki kewajiban moral yang disebut dengan etika kepemimpinan.
Apa itu etika profesi dalam kepemimpinan ?,
penjelasan terkait diuraikan di bawah ini.
Kata etika berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat. Sebagai suatu subyek, etika akan berkaitan dengan konsep yang dimilki oleh individu ataupun kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik. Menurut Martin (1993), etika didefinisikan sebagai "the discpline which can act as the performance index or reference for our control system". Dengan demikian, etika akan memberikan semacam batasan maupun standar yang akan mengatur pergaulan manusia di dalam kelompok sosialnya. Dalam pengertiannya yang secara khusus dikaitkan dengan seni pergaulan manusia, etika ini kemudian dirupakan dalam bentuk aturan (code) tertulis yang secara sistematik sengaja dibuat berdasarkan prinsip-prinsip moral yang ada dan pada saat yang dibutuhkan akan bisa difungsikan sebagai alat untuk menghakimi segala macam tindakan yang secara logika-rasional umum (common sense) dinilai menyimpang dari kode etik. Dengan demikian etika adalah refleksi dari apa yang disebut dengan "self control", karena segala sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan untuk kepentingan kelompok sosial (profesi) itu sendiri.
Sementara profesi adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian. Paul E. Torgersen dalam buku Management, an integrated Approach seperti dikutip Masri (2013) menegaskan bahwa profesi sebagai satu lapangan pekerjaan (afield of  activity) setidaknya harus memiliki lima kriteria, yaitu :  (1) Pengetahuan (knowledge); (2) Aplikasi yang kompeten (competent application); (3) Tanggung jawab sosial (social responsibility); (4) Pengontrolan diri; dan (5) Sanksi masyarakat (community sanction).
Dengan demikian, etika profesi kepemimpinan merupakan nilai-nilai yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin agar dapat dicontoh oleh bawahan. Etika kepemimpinan juga merupakan sifat-sifat utama yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin agar kepemimpinannya dapat berjalan dengan efektif dan efisien untuk mencapai tujuan bersama yang telah ditentukan sesuai norma dan nilai yang berlaku dalam organisasi (Santoso, 2021).
Etika profesi kepemimpinan itu mengandung kriteria sebagai berikut:
Memiliki keahlian
Pemimpin harus memiliki satu atau beberapa kelebihan berupa pengetahuan, keterampilan sosial, kemahiran teknis, serta pengalaman, sehingga dia berkompeten melakukan kewajiban dan tugas-tugas kepemimpinannya.
Bertanggung jawab dan dewasa
Pemimpin harus memiliki rasa tanggung jawab sosial yang tinggi, sebagai refleksi kepemimpinan yang dibangun dari dan untuk kepentingan kelompok sosial itu sendiri. Pemimpin yang etis, bertindak berdasarkan asas otonomi dan kebebasan pribadi, untuk menegakkan keadilan serta mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan yang merata bagi kelompok sosialnya. Pandangan dan tindakannya dapat menjadi solusi terhadap masalah yang dihadapi anggota atau bawahanÂ
Kemampuan mengontrol diri
Mengontrol diri (self control), yaitu mengontrol pikiran, emosi, keinginan dan segenap perbuatannya, disesuaikan dengan norma-norma kebaikan. Â
Berlandaskan pada nilai-nilai etis (kesusilaan kebaikan)
Pemimpin harus mampu menciptakan dan membangun nilai-nilai yang tinggi, memiliki integritas, moralitas, keteladanan dan senantiasa menjaga kehormatan.
Kesediaan menerima sanksi
Adanya norma perintah dan larangan yang harus ditaati oleh pemimpin demi kesejahteraan hidup bersama serta efisiensi organisasi, maka segenap tindakan dan kesalahan pemimpin, segera dibetulkan. Pelanggaran yang dilakukan dihukum dan ditindak dengan tegas.
Erat kaitannya dengan kriteria etika kepemimpinan, maka seorang pemimpin harus menerapkan prinsip-prinsip etika kepemimpinan jika ingin kepemimpinannya berjalan dengan efektif dan menjadi panutan anggota atau atau bawahannya. Santoso (2021) menguraikan prinsip-prinsip tersebut sebagai berikut :
- Menjaga perasaan karyawan atau bawahan dan pihak eksternal
- Memecahkan masalah dengan rendah hati
- Menghindari pemaksaan kehendak dan menghargai pendapat orang lain
- Menanggapi suatu masalah dengan cepat dan tepat
- Menyadari kesalahan dan berusaha untuk memperbaiki
- Mengedepankan sikap jujur, disiplin, dan dapat dipercaya
Terkait dengan prinsip-prinsip tersebut, seorang pemimpin juga harus memupuk moralitas di kalangan anggota organisasi. Hal ini hanya akan berjalan mulus apabila anggota organisasi merasa dihargai serta mendapat pujian dari pemimpinnya. Akan terwujud tim yang kuat, apabila pimpinan memberikan kesempatan kepada bawahan untuk terlibat dalam pemecahan masalah kesulitan yang dihadapi organisasi.