Sentilan keras buat civitas akademia,yang kerjaanya hanya kuliah pulang-kuliah pulang, dan tidak menghasilkan apa-apa kecuali hanya sebuah seremonial komunal,layaknya para commuter yang kerjaannya muter-muter,berangkat pulang-berangkat pulang.
Ada lagi mahasiswa yang sukanya berlama-lama dikampus,alasannya ingin mengaktualisasi diri cari aktivitas, dengan bergabung diberbagai unitas,sampai-sampai bingung ngatur jadwal belajar dan akhirnya jadwal lulus kuliah bisa molor sampai 12 semester.
Lain lagi mahasiswa yang gemar kongkow-kongkow, ngobrol ngalor-ngidul dari urusan hobi sampai harga diri. Biar kelihatan sebagai kaum intelektual, ngobrolnya sambil bawa buku, padahal cuma buat alas untuk duduk dan nutupin malu.
Yang serem lagi, ada mahasiswa yang kerjaanya demo dan demo melulu. Kalau sudah ikut demo, bangganya bukan main dan merasa sudah sebagai mahasiswa tulen. Apalagi demonya tentang BBM,semangatnya kian membara. Urusan Belajar dan prestasi, itu bisa gampang dan bisa di atur.
Giliran mau skripsi,bingung mondar-mandir cari alasan agar terlihat seperti hasil karya sendiri. Mulai dari COPAS, PLAGIAT, sampai beli skripsi dengan harga yang lumayan tinggi.
Kalau tidak punya duit yang banyak,akhirnya bingung nyari pekerjaan buat nutupin biaya. Hingga skripsi terlantar, dan sebelum di DO sudah pasang kuda-kuda untuk menyelamatkan harga diri mending OD (Out Dewe).
Ahh... Sungguh polemik mahasiswa kekinian, dari perkotaan sampai ke pelosok daerah. Jika semua model mahasiswa seperti ini, gimana negeri ini bisa maju..?
Eittss..........yang sekarang jadi mahasiswa jangan merasa tersinggung ya.
Salam PISS..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H