Mohon tunggu...
Ahmad Mujiyarto
Ahmad Mujiyarto Mohon Tunggu... Guru - sedang belajar

Hanya seorang yang belajar menjadi Guru SD yang Baik dan Benar...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Komidi Putar, Hiburan Anak Pinggiran yang Sudah Mulai Punah

7 Oktober 2011   16:13 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:13 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sore tadi ketika saya berangkat kerja,saya melewati sebuah tanah lapang,yang satu-satunya tanah yang masih utuh dipertahankan oleh warga ditempat saya ngontrak,saya biasa pulang dan pergi kerja dengan jalan kaki karena jaraknya yang dekat,dan melewati tanah lapang tersebut.Meskipun ketika musim hujan datang,tanah itu hampir mirip seperti rawa.Dan sangat susah dilewati.

Menurut cerita warga,dahulunya tanah lapangan itu adalah rawa,yang diuruk karena ingin didirikan sebuah bangunan.Sudah ditanam beton pancang yang jumlahnya banyak ternyata,beton pancang itu lenyap dan tenggelam.Banyak yang mengaitkan pada unsur magis,kalau "sang penunggu"nya tidak menyetujui didirikannya sebuah bangunan.Jadilah sampai sekarang tanah itu masih terjaga keberadaanya.

Sekarang musim jakarta sangat susah untuk ditebak,saat ini memang sering banyak kemarau.Jadi tanah lapang itu tanahnya sedikit keras,itulah yang menyebabkan sejumlah pemuda yang sering bolak-balik menjajakkan mainan komidi putar secara tradisional dan sekarang menggelarnya di tanah lapangan tersebut.

Pas tadi saya lewat,begitu ramai terdengar suara anak-anak yang sedang asyik bermain komidi putar.

Tak ada alunan musik,tak ada deru mesin yang mengaturnya,semua dijalankan secara tradisional,dan murni menggunakan tenaga para pemuda tersebut.Antusias anak-anak pun juga tak kalah ramai,meski tidak senyaman komidi putar yang ada di Dunia Fantasi,tapi paling tidak mereka bisa merasakan naik komidi putar,secara tradisional.

Suara jeritan anak-anak,yang bercampur tawa bisa sedikit menggembirakan sang empunya.Sudah dipastikan hasil yang didapat lumayan,untuk menyambung hidup mereka.Mereka,hanya mengandalkan hasil dari komidi putar,yang berpindah dari satu tempat ke tempat lain.

Permainan komidi putar tradisional,sekarang sudah mulai jarang ditemukan.Sudah kalah dengan permainan kekinian,misal game onine,PS,dan permainan yang memanjakan anak-anak lainnya.

Pemilik komidi putar tradisional juga mulai gerah,dan tidak tenang menjalankan profesinya,selain permainan yang sudah tak diminati,di tambah lagi sudah sulitnya menemukan tanah lapang di jakarta. Karena permainan itu hanya bisa dijalankan ditanah yang lapang.

Akhirnya banyak yang sudah gulung tikar,dan beralih ke profesi yang lain,yang lebih menjajikan.

Komidi Putar,Hiburan Anak Pinggiran yang sudah mulai punah.Bisa saja anak cucu kita kelak sudah tidak bisa merasakannya.Padahal dahulu permainan itu adalah permainan yang favorit untuk kita.

Semoga saja,para pemilik komidi putar ini mampu mencari celah agar bisa bertahan hidup dijakarta.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun