Mohon tunggu...
Ahmad Mujiyarto
Ahmad Mujiyarto Mohon Tunggu... Guru - sedang belajar

Hanya seorang yang belajar menjadi Guru SD yang Baik dan Benar...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Cerita Anak Pemulung yang Dilarang Orangtuanya Bersekolah

7 Juli 2012   23:51 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:11 3085
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
beranilah bermimpi (msmunir-ina.blogspot.com)

[caption id="" align="aligncenter" width="400" caption="beranilah bermimpi (msmunir-ina.blogspot.com)"][/caption] Siapakah manusianya yang bisa memilih takdir hidupnya sendiri, lahir dari keluarga penuh keterbatasan, dibatas dijurang kemiskinan, jangankan berharap untuk bisa bersekolah, untuk makan dan keperluan sehari-hari saja masih sangat sulit.

Namun, bukan manusia unggul namanya jika tidak bisa merubah nasib, dengan keyakinan yang kuat disertai dengan usaha serta doa yang sungguh-sungguh  segala sesuatu yang terkesan tidak mungkin akan menjadi sangat mungkin.

Adalah Heriyanto, anak sulung dari keluarga yang pekerjaan sehari-harinya menjadi pemulung, memungut sesuatu yang kita anggap "sampah" namun, bagi sebagian orang itulah adalah jalan untuk bisa menyambung hidup mereka.

[caption id="attachment_186693" align="aligncenter" width="600" caption="ilustrasi (dradio1034fm.or.id)"]

13417049591698047274
13417049591698047274
[/caption]

Heriyanto adalah anak yang penurut dengan sabda orangtuanya, heriyanto sadar betul bahwa niatnya ingin bersekolah akan menambah daftar panjang penderitaan orangtuanya. Padahal janji bapaknya, yang sewaktu itu heri masih dititipkan kepada mbahnya di kampung halaman, berjanji akan menyekolahkan heri dijakarta saja, namun alhasil heri harus terpaksa menerima kenyataan bahwa bapaknya ternyata tidak sanggup membiayai sekolahnya.

Heriyanto, masih menyimpan mimpi besarnya untuk bisa bersekolah. Dengan rajin membantu orangtua menggeluti dunia baru baginya menjadi seorang pemulung adalah bagian dari jerih payahnya untuk bisa mewujudkan mimpinya. Setelah berlalu satu tahun lamanya, kemudian tergeraklah hati seorang guru sekaligus pemilik sekolah gratis yang ada di bekasi untuk menawarkan kepada Heri agar menjadi anak didiknya, Heri sangat senang sekaligus takut, dia merasa takut dengan biaya yang harus dikeluarkannya, maka dengan susah payah Guru itu meyakinkan Heri, bahwa dia tidak akan di kenakan biaya selama bersekolah ditempatnya. Heri meminta guru itu untuk meyakinkan kepada orangtuanya, jawaban dari ayahnya sungguh mengejutkan, sang ayah menolak dengan keras. Dengan alasan pasti ada biaya lain yang akan menunggu untuk dibayarkan, dan dalam pikiran ayahnya tidak ada lagi yang membantunya memungut sampah, sebagai cara keluarga itu menyambung hidupnya.

Akhirnya dengan proses yang panjang, guru itu berhasil meyakinkan ayah Heri, bahwa sekolahnya benar-benar menggratiskan semuanya. Mulai dari seragam, buku, dan keperluan sekolah lainnya, semuanya adalah gratis. Jadi heri hanya disuruh datang lalu belajar dengan sungguh-sungguh itu saja pintanya.

Jadilah heri, memulai aktivitas barunya, bersekolah sambil tetap membantu ayah bekerja menjadi pemulung, disamping itu Heri juga mencoba berwirausaha dengan membuat telur asin yang berhasil dia dapatkan dari belajar mata pelajaran berwirausaha yang diajarkan disekolah itu. Heri, yang meski tak begitu pandai, tapi dia punya mimpi yang begitu besar, selepas dia sekolah di SMP gratis itu, dia akan melanjutkan lagi ke SMA bahkan perguruan tinggi.

Heri sekarang sudah duduk dibangku kelas tiga SMK keluarga Widuri Jakarta jurusan tata  boga, dia juga menjadi ketua osis, guru privat, bekerja paruh waktu sebagai asisten juru masak disebuah hotel ternama dan sekaligus penjual telur asin, semua dia lakukan guna mewujudkan mimpinya untuk bisa kuliah dan menjadi wirausahawan yang sukses.

Dari jerih payahnya itu, kini orangtua Heri tidak lagi menjadi pemulung. Tapi mengurus usaha telur asin milik anaknya yang mengalami perkembangan yang cukup pesat.

==========================

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun