Terhenyak sekaligus ada perasaan tidak percaya, ketika saya mendengar dari seorang rekan kerja yang mengatakan bahwa di perusahaan tempat saya bekerja, ada karyawan baru laki-laki yang katanya suka sama laki-laki.
Saya merasa penasaran, kenapa dia bisa masuk ke sini. Dan bagaimana rekan saya bisa tahu dengan sisi negatifnya. Sebut saja Gay itu bernama Imran (bukan nama sebenarnya), dia mengaku secara terang-terangan dengan rekan satu bagian dengan saya. Bahwa dia penyuka sesama jenis.
Awalnya Imran, yang lebih s
uka ketika dipanggil Imelda mengaku, bahwa ketidaknormalan yang terjadi dalam tubuhnya itu dia dapatkan ketika dahulu dia bekerja selama bertahun-tahun di sebuah salon di Jakarta. Lingkungan pekerjaan sebagai tenaga  salon, yang lebih identik dengan kelemahlembutan telah berhasil membuatnya menjadi kehilangan jati dirinya sebagai laki-laki. Dan mungkin ini juga yang telah terjad dengan seorang lelaki tetangga rumah saya, yang sudah mempunyai istri dan 3 orang anak, secara berangsur-angsur telah merubah diri menjadi seorang wanita. Lantas dari kejadian itu, dalam hati saya timbul sebuah pertanyaan.." apakah bekerja di salon bisa merubah jenis kelamin seseorang..?", atau paling tidak merubah jati dirinya..? ". Mengingat banyak karyawan salon yang cowok, lama-kelamaan akan menjadi banci atau kewanita-wanitaan. Untuk menjawab itu harus ada studi khusus dan lewat pengamatan secara mendalam.
Namun, bukan itu yang ingin saya sampaikan. Maksud dari tulisan ini adalah, berkaitan dengan maksud Imran yang merasa bahwa dirinya tidak norma, dan dia ingin kembali lagi menjadi laki-laki normal. Namun dia mengatakan hal itu sangat sulit sekali baginya. Ada sebuah tembok besar yang menyekat dirinya untuk kembali ke dunianya, dunianya laki-laki.
Keinginannya untuk berubah, selalu dibayang-bayangi oleh kisah kelam kehidupanya dimasa lalu. Di saat niat berubahnya menguat, maka dia bulatkan tekad untuk keluar dari salon tempatnya bekerja, dan melamar sebagai CS di perusahaan tempat saya bekerja.
Perangainya yang tidak biasa, dan lebih dekat ke kewanita-wanitaan, membuat teman-teman CS yang rata-rata wanita menjadikannya sebagai bahan ledekan dan tertawaan. Dan parahnya dia selalu menurut dengan hal-hal yang tidak semestinya dilakukan yang teman-teman CS-nya minta kepadanya.
Bukannya berubah, malah kini dia harus kembali mengenang masa lalu hidupnya.
Sanggupkah Seorang GAy bisa kembali Normal, layaknya laki-laki biasa...????
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H