Mohon tunggu...
ahmad muhamad
ahmad muhamad Mohon Tunggu... -

saya senang jalan-jalan dari pada melihat gedung bertingkat. lebih suka keliling mencari makanan ketimbang berlama-lama memilih pakaian.

Selanjutnya

Tutup

Politik

wakil DPRD DKI mau jadi "peniup peluit"

30 April 2015   10:32 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:31 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Alangkah indahnya dunia kurasa saat dulu...saat dulu...sebelum Ahok jadi gubernur DKI...mungkin itu lagu yang pas untuk dinyanyikan oleh seorang wakil DPRD DKI pak Lulung panggilannya, dengan tidak mengurangi hormat karena gelar haji nggak saya sebut karena apa...?cari tahu sendiri jawabannya. Akankah pak Lulung terseret sebagai tersangka kemudian terdakwa dalam kasus penggelapan dana APBD DKI...?jika memang terjadi maka hebatlah negeri ini, selangkah lebih maju untuk membenarkan yang salah dan menyalahkan yang benar. Jadi ngelantur itu ya...model kata seperti itu kan yang tempo doeloe. Sekarang waktunya berbenah, untuk menjadi negara kesatuan republik Indonesia seutuhnya.

Kembali ke kasus peniup peluit, kira-kira peluit apa yang cocok digunakan untuk seorang wakil DPRD. Apakah peluit wasit, peluit tukang parkir, peluit pramuka, peluit pak ogah pengatur lalu lintas di belokan. Mungkin yang cocok pake peluit pak ogah pengatur lalu lintas di belokan, kan bisa ngeles ke kanan dan ke kiri. Bisa juga memberhentikan laju kendaraan yang sedang lewat karena ada pejabat mau lewat.

Jika posisi terpojok para pejabat berlaku bermain aman, dengan mencari kambing hitam sekaligus macan pemangsa. Tapi paling enak menjadi macan pemangsa dengan posisi sebagai pemburu. Karena semua akan dilimpahkan kepada kambing hitam. Inilah peluang mencari aman sebagai peniup peluit. Seolah-olah menjadi penyelamat di dalam lingkaran setan.

Mengapa oh mengapa wakil rakyat menguras duit rakyat, karena oh karena wakil rakyat pengin jadi kaya. Mengapa oh mengapa wakil rakyat mengingkari janji, karena oh karena mengobral janji tidak berdosa. Mengapa oh mengapa wakil rakyat sesuka hati membuat aturan, karena oh karena disesuaikan dengan pesanan. Mengapa oh mengapa wakil rakyat selalu mengatasnamakan rakyat, karena oh karena mereka membeli suara rakyat.

Kami ini wakil yang dipilih oleh rakyat, dan kami berjuang atas nama rakyat.

Rakyat yang mana yang anda maksud....?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun