Ibukota negara Indonesia lagi panas gara-gara ada dana siluman dalam APBD tahun anggaran 2015. Tidak tanggung-tanggung dana sebesar 12 triliun kabarnya menjadi ajang rebutan para pemelihara tuyul. Asyik juga ya kalo memelihara tuyul dan bisa bawa pulang uang 1 milyar tiap bulan, mungkin bisa menghidupi 4 0rang istri sekaligus.
Jika bicara tentang dana siluman ini berarti ada permainan kelas mafia teri, mengapa saya bilang mafia teri, karena mereka yang bermain selalu saja lempar batu sembunyi tangan. Jika mafia kelas ikan kakap, pasti berani dong angkat kepala dan tidak mengatasnamakan anggota dewan yang terhormat. Tapi sebaik-baik anggota dewan yang terhormat, masih terhormat pemulung sampah di bantar gebang. Karena mereka masih mau mencari penghasilan yang bersih hasil kerja dari tempat yang kotor, akan tetapi anggota dewan yang terhormat masih mau mencari penghasilan uang kotor di tempat yang bersih.
Judul diatas mengingatkan saya pada sebuah artikel yang pernah saya baca, jangan memakai kata haji di depan nama lulung karena itu bisa merusak kredibilitas dari istilah dan makna haji itu sendiri. Mungkin saya sependapat dengan pernyataan tersebut, karena haji merupakan rukun islam yang kelima. Dan haji itu sendiri mempunyai filosofi yang sangat luas.
Disini saya cuma mau menekankan bahwa semua agama adalah baik tapi agama yang paling baik di akhir zaman adalah agama islam. Dan itu sudah tercantum dalam Al-Qur'an, dengan nabi terakhir Muhammad SAW. Rukun Iman dan Islam itu merupakan modal awal dari perilaku umat islam yang menjadi pedoman dan juga pegangan. Jika kehidupan sehari-hari yang kita jalani sudah melenceng jauh dari ajaran yang kita anut yakni agama islam, maka orang tersebut termasuk orang yang rugi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H