Mohon tunggu...
Ahmad Muhajir
Ahmad Muhajir Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Ahmad Muhajir merupakan seorang mahasiswa semester 2 Pogram StudiS1 Ilmu Hubungan Internasional di Universitas Airlangga yang memiliki ketertarikan pada isu-isu politik, sosial di ranah domestik maupun internasional.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ibu Rumah Tangga Bukan untuk Gen-Z? Kemajuan Zaman atau Merendahkan?

24 Juni 2024   14:40 Diperbarui: 24 Juni 2024   14:59 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

"Ngapain jadi ibu rumah tangga?" "Wanita itu harus punya karier" "Kerjaan kok hanya ngurus anak" Merupakan beberapa kalimat yang nyaring terdengar di zaman sekarang. Kalimat-kalimat tersebut merupakan cerminan dari cara pandang Gen-Z mengenai wanita yang memilih menjadi ibu rumah tangga. Cara pandang yang cenderung merendahkan dan menganggap remeh pekerjaan seorang ibu rumah tangga yang tidak dapat membantu keluarga secara finansial dibandingkan dengan pekerjaan di bidang lainnya.

Pekerjaan seorang ibu memang tidak nampak di permukaan sebagai sebuah pilihan karier yang menjanjikan. Namun, tidak jarang perjuangan seorang ibu yang berhasil dalam mendidik keluarganya cenderung lebih berat dalam aspek fisik dan emosional dibanding pekerjaan konvensional. Salah satu hal yang sangat berat dalam pekerjaan seorang ibu rumah tangga adalah pendidikan, khususnya pendidikan moral.

Karakteristik anak yang polos dan labil pada masa perkembangannya sangat membutuhkan asupan pendidikan moral. Kebanyakan orang tua, khususnya ibu rumah tangga di zaman sekarang lebih memilih untuk menyerahkan pendidikan tersebut kepada guru, asisten, maupun kiai di pondok. Meskipun orang-orang tersebut dapat membantu dalam mendidik moralitas seorang anak, tetapi pendidikan yang akan diingat oleh anak itu adalah ucapan orang yang lebih dekat dengannya. Hubungan emosional antara ibu dan anak inilah yang terkadang dianggap remeh oleh kebanyakan orang.

Mengapa hubungan emosional ini penting dalam pendidikan moral anak? Pendidikan seorang anak sejak dini harusnya datang terlebih dahulu melalui orang tuanya. Ketika orang tua tidak memiliki hubungan emosional yang kuat dengan anaknya, sang anak akan mencari orang lain yang dapat memenuhi hubungan itu. Anak pada akhirnya lebih memilih temannya sebagai kawan curhat dibandingkan dengan orang tuanya. Dikarenakan lebih nyaman dengan temannya sendiri maka anak pun lebih memilih untuk menerima perkataan mereka daripada orang tuanya. Akhirnya, pendidikan moral yang diterima oleh anak tersebut bukannya berasal dari keluarganya sendiri, tetapi dari temannya.

Pendidikan moral yang diterima oleh anak melalui temannya seringkali tidak sesuai dengan nilai dan norma pada masyarakat. Mereka 'meng-iyakan' berbagai perilaku yang salah dan menerimanya secara mentah-mentah. Hal ini menyebabkan hilangnya etika dan moral dari anak-anak bangsa. Keluhan-keluhan dari para pemimpin negara ini tentang kurangnya etika dan moralitas dari masyarakatnya merupakan sebuah cerminan dari gagalnya institusi keluarga sebagai pendidik.

Kita selalu menyalahkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang rendah tanpa melihat pada kondisi keluarga bangsa yang sangat memprihantinkan. Cacian dan makian lebih sering datang dari dalam dibandingkan dari luar rumah. Kasus-kasus kenakalan remaja dan pelanggaran-pelanggaran lainnya lebih sering hadir di televisi daripada prestasi. Siklus pendidikan moral seperti ini akan terus berlanjut dan menghasilkan generasi yang lebih buruk lagi dalam hal etika dan moralitas.

Anggapan lain adalah bahwa ibu rumah tangga cenderung tidak berpendidikan. Hal inilah yang cenderung dijadikan alasan oleh Gen-Z untuk menghina pekerjaan seorang ibu rumah tangga. Meskipun menjadi ibu rumah tangga banyak menyita waktu, tetapi bukan berarti mereka tidak dapat menjadi seseorang yang berpendidikan.

Selain mengenyam pendidikan formal, ibu rumah tangga biasanya cenderung membutuhkan ilmu parenting. Pendidikan ini didapatkan oleh ibu-ibu rumah tangga secara langsung melalui praktek kehidupan sehari-hari. Di samping itu, seorang ibu rumah tangga juga diharuskan memiliki berbagai skill, seperti time management, planning, emotional intelligence, dll. Beragam skill di atas merupakan sebagian kecil dari pertanda pendidikan seseorang yang biasanya dibutuhkan dalam pekerjaan-pekerjaan konvensional sekalipun.

Sudah semestinya kita menaruh perhatian lebih kepada kondisi keluarga-keluarga bangsa. Oleh karena itu, salah saru cara memulai pembangunan SDM yang lebih baik adalah dengan memperbaiki pandangan masyarakat, utamanya Gen-Z terhadap ibu rumah tangga. Keadaan bangsa yang mengkhawatirkan ini seharusnya menjadi panggilan bagi kita semua untuk memperbaiki pula institusi keluarga untuk Indonesia yang lebih baik kedepannya.

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun