Mohon tunggu...
Ahmad Mubarak
Ahmad Mubarak Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Forum Intelektual Muda

Selanjutnya

Tutup

Politik

Antara Jokowi(s) dengan Machiavellis

27 Januari 2015   21:11 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:16 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Seorang pemimpin yang ingin menegaskan dirinya harus mampu bertindak jahat (tegas),jika hal itu diperlukan. -  Niccolo Machiavelli
Dalam filsafat politik Niccolo Machiavelli dikenal melalui ajaran-ajarannya yang merestui kepemimpinan diktator Karena apa yang diajarkannya,jauh dari dunia moralitas maupun normatif.Namun sebenarnya ajaran Machiavelli mengandung kebenaran. Setidaknya sebagian. Hal ini terlihat jelas jika kita hubungan dengan Presiden Jokowi."......Dan karena seorang pangeran harus mampu bermain sebagai binatang buas,dia harus mencontoh rubah dan singa ; karena singa tak lepas dari jerat dan rubah tak bisa lolos dari serigala. Jadi,dia harus menjadi rubah untuk mengenali jerat,dan menjadi singa untuk menakut-nakuti srigala-srigala." ( Machiavelli, II Prince,bab 18). Yang dimaksud Machiavelli adalah seorang pemimpin harus mampu berwajah dua. Menjadi baik seperti rubah dan menjadi jahat layaknya singa. Terdengar kejam,namun menurut Machiaveli demi stabilitas politik,seorang pemimpin boleh melupakan moralitas.
Sekarang,saya melihat Jokowi mulai menjadi seorang Machiavelli dalam hal tertentu seperti mengeksekusi terpidana mati beberapa waktu lalu. Meski secara normatif itu salah,justru kebijakannya membuat rakyat puas.Saya katakan bahwa ajaran Machiavelli memang kejam dan diktator. Namun saya setuju jika ajarannya diterapkan pada situasi-situasi tertentu.
Sikap Machiavellis seorang Jokowi mulai ada ketika ia populer karena  gaya "blusukan" yang dipandang sebagai sikap pemimpin pro-rakyat. Disini Jokowi menjadi rubah. Setelah ia terpilih menjadi presiden, rakyat gelisah lantaran Jokowi mengeluarkan kebijakan-kebijakan non-populis semisal pencabutan subsidi BBM,melupakan kasus HAM lalu,pengangkatan Budi Gunawan sebagai POLRI sampai yang terbaru sikap komprominya dalam masalah KPK-POLRI. Jokowi mulai berubah singa.
Machiavelli juga mengatakan agama memiliki nilai-nilai praktis untuk menghimpun kekuataan politik sang pemimpin terlepas dari kebenaran agama itu sendiri. Dan Jokowi mempraktikannya saat Kampaye Pilpres dengan mendekati orang-orang agamis dari NU yang massanya mencapai jutaan. Sekali lagi,Jokowi sukses menerapkan ajaran Machiavelli dan menstabilkan politik sampai detik ini.
Akan tetapi praktik-praktik ajaran Machiavelli hanya sekedar bagaimana caranya agar seorang pemimimpin mempertahankan kekuasaan dan menstabilkan politik agar rakyat tidak merongrong kepemimpinannya. Karena memang ajaran Machiavelli tertuju pada mereka yang menginginkan menjadi seorang diktator. Jokowi hanya sedikit mengambil ajarannya agar kepemimpinannya stabil. Jadi ia bukan seorang diktator melainkan memiliki ciri-ciri kepemimpinan diktator. Ciri-ciri tersebut adalah ciri-ciri positif dan boleh digunakan dalam semua kepemimpinan.
Namun untuk menjawab apakah gaya kepemimpinan Machiavellis mampu membawa perubahan dalam suatu negara kontraktual seperti Indonsia serta mampu menjadi wakil dari kehendak umum ( rakyat), tidak ada pada ajaran Machiavellis dan ia pun tidak mengajarkannya. Ia cuma bicara mengenai kekuasaan dan bagaimana mempertahankannya.Jokowi sendiri sekarang mulai dipertanyakan oleh rakyat. Gaya blusukan-nya dipandang hanya sebagai gaya rubah. Untuk memecahkan masalah-masalah bangsa,rakyat sadar blusakan bukanlah sebuah solusi. Dibutuhkan kemampuan-kemampuan komplek ketika Jokowi ingin memberi rakyat yang kelaparan,anak-anak yang tak bisa sekolah, infrastruktur-infrastruktur di luar jawa yang misikin peradabaan dan sebagainya. Semua kembali pada diri seorang Jokowis apakah ia ingin menguasai Indonesia atau ingin merubahnya. Agar kedepannya Indonesia berubah dalam artian yang sebenar-benarnya,bukan Indonesia dalam pengertian Jawa(nesia) seperti sekarang ini.Disisi lain,tak masalah sekiranya Jokowi konsisten menerapkan ajaran Machiavellis selama tidak melupakan tugas-tugas seorang presiden yang masa depan rakyatnya ada di tangan beliau.Semoga presiden kita bijak kapan saatnya menjadi seorang Jokowi(s),kapan menjadi seorang Jokowidodo.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun