Mohon tunggu...
Ahmadmishar
Ahmadmishar Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Masa Depan Indonesia dalam Genggaman Generasi Bangsa

6 Mei 2019   23:45 Diperbarui: 7 Mei 2019   00:24 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hukum. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Indonesia adalah sebuah negara kepulauan terbesar di dunia yang terletak di asia tenggara melintang di katulistiwa antara benua Asia dan Australia. Negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki 17.000 pulau. Jadi tidak heran lagi jika Indonesia dijuluki negara yang kaya. Hingga banyak negara negara lain yang menginginkan hasil yang telah di raih dan pulau yang dimiliki Indonesia.

Terbentang dari sabang sampai merauke membuat Indonesia menjadi beragam. Tak dapat dipungkiri hal tersebut dipacu oleh letak secara demografis maupun geografis. Indonesia negara kepulauan tentunya ini memunculkan kekurangan dan kelebihan. Keterbatasan dalam pengelolaan kadang membuat Indonesia kewalahan. Indonesia punya permata tersembunyi di pelosok negeri.

Banyak anak anak bangsa yang cerdas dan tentunya bisa membantu Indonesia untuk menjalankan masa depan . Masih banyak rintangan untuk Indonesia kedepan. Tidak singkat untuk membuat Indonesia terbebas dari masalah masalah yang ada. Entah itu masalah dari luar maupun dalam negeri. Juga tidak mudah menghadapinya untuk membuat semua berjalan dengan lancar dan lurus sesuai dengan apa yang kita inginkan.

Terfokus masalah tikus kantoran yang memakan semua uang siapapun yang ada. Yang dulunya pemakan makanan normal sekarang pemakan uang rakyat dan mengambil hak milik rakyat yang ada. Tidak sedikit para pejabat kantoran atau bisa disebut tikus berdasi.  

Indonesia menurut lembaga survey internasional Political and Economic Risk Consultancy yang bermarkas di Hongkong merupakan negeri terkorup di Asia. Indonesia terkorup di antara 12 negara di Asia, diikuti India dan Vietnam. Thailand, malaysia, dan Cina berada pada posisi keempat. Sementara negara yang menduduki peringkat terendah tingkat korupsinya adalah Singapura, Jepang, Hongkong, Taiwan dan Korea Selatan.

Pencitraan Indonesia sebagai negara paling korup berada pada nilai 9,25 derajat, sementara India 8,9; Vietman 8,67; Singapura 0,5 dan Jepang 3,5 derajat dengan dimulai dari 0 derajat sampai 10.1 Hasil riset yang dilakukan oleh berbagai lembaga, juga menunjukkan bahwa tingkat korupsi di Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam ini termasuk yang paling tinggi di dunia.

Bahkan koran Singapura, The Straits Times, sekali waktu pernah menjuluki Indonesia sebagai the envelope country. Mantan ketua Bappenas, Kwik Kian Gie, menyebut lebih dari Rp.300 triliun dana dari penggelapan pajak, kebocoran APBN, maupun penggelapan hasil sumberdaya alam, menguap masuk ke kantong para koruptor.

Di samping itu, korupsi yang biasanya diiringi dengan kolusi, juga membuat keputusan yang diambil oleh pejabat negara menjadi tidak optimal. Heboh privatisasi sejumlah BUMN, lahirnya perundang-undangan aneh semacam UU Energi, juga RUU SDA, impor gula dan beras dan sebagainya dituding banyak pihak sebagai kebijakan yang sangat kolutif karena di belakangnya ada motivasi korupsi.

Indonesia sebagai salah satu negara terkorup di dunia, pejabat dan birokrat di negara ini dicap sebagai tukang rampok, pemalak, pemeras, benalu, self seeking, dan rent seeker, khususnya di hadapan pengusaha baik kecil maupun besar, baik asing maupun pribumi. Ini berbeda dengan, konon, birokrat Jepang dan Korea Selatan yang membantu dan mendorong para pengusaha untuk melebarkan sayapnya, demi penciptaan lapangan kerja alias pemakmuran warga negara.

Korupsi semakin menambah kesenjangan akibat memburuknya distribusi kekayaan. Bila sekarang kesenjangan kaya dan miskin sudah sedemikian menganga, maka korupsi makin melebarkan kesenjangan itu karena uang terdistribusi secara tidak sehat atau dengan kata lain tidak mengikuti kaedahkaedah ekonomi sebagaimana mestinya. Koruptor makin kaya, yang miskin semakin miskin. Akibat lainnya, karena uang seolah mudah dipeoleh, sikap konsumtif menjadi semakin merangsang, tidak ada dorongan kepada pola produktif, akhirnya timbul inefisiensi dalam pemanfaatan sumber daya ekonomi yang telah tersedia.

Siapakah yang mampu menanggulangi kasus ini bahkan di tanggulangi dan di hukum masih banyak pelaku yang masih bahkan banyak di lakukan dan satu satu nya harapan dari kami adalah generasi generasi pemuda kami untuk lebih berhati-hati dan di harapkan mampu menanggulangi apa yang sudah terjadi sangat besar harapan dari kami keapada generasi sebelum kami untuk lebih mengedepankan kemaslahatan bukan untungnnya sendiri, dan semoga tidak malah sebaliknya dengan apa yang kami harapkan kepada pemuda-pemuda Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun