Derap langkah terurai, menapaki alas usang perlahan-lahan demi meraih sebuah gagang pintu. Berharap jiwanya yang sedang terluka dan nyaris membeku bisa kembali hangat di dalam rumah. Perjalanan yang tak selalu sesuai keinginan kita dan ramah memang memerlukan rumah untuk sembuh dan menyala. Tapi, tidak ada yang tau persisnya, kala rumah yang di idam-idamkan ternyata tak selamanya kokoh, atau mungkin menjadi dingin seperti sungai nil yang semakin membekukan.Â
Kini nilku menjadi kering oleh mesirku yang mulai berubah, duhai mesirku aku ingin selalu mengalirimu dengan kehijauanku, namun kini kian kusadari, aku semakin tak mampu menghijaukan gurun yang bertambah tandus.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H