Mohon tunggu...
Ahmad Maulanaa
Ahmad Maulanaa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Arsip tentang bidang ke geologian

Selanjutnya

Tutup

Nature

Penambangan Minyak dan Gas Bumi di Kalimantan : Dampak dan Upaya Pelestarian

18 Oktober 2024   19:05 Diperbarui: 18 Oktober 2024   19:36 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pendahuluan

Penambangan minyak dan gas bumi merupakan salah satu sektor penting yang berkontribusi besar pada perekonomian Indonesia, terutama di wilayah Kalimantan. Namun, dampak lingkungan dan geologi dari aktivitas ekstraktif ini menimbulkan kekhawatiran yang signifikan. Artikel ini akan membahas proses pembentukan minyak dan gas bumi, lokasi keberadaannya di Kalimantan, serta konsekuensi lingkungan dari aktivitas penambangan. Selain itu, akan disampaikan solusi untuk mengatasi dampak negatif dari aktivitas ini.

Proses Pembentukan Minyak dan Gas Bumi

Minyak dan gas bumi terbentuk dari sisa-sisa mikroorganisme purba, terutama plankton, yang terkubur di lingkungan laut jutaan tahun lalu. Seiring waktu, tekanan dan panas yang tinggi mengubah bahan organik tersebut menjadi minyak dan gas yang terperangkap dalam formasi batuan.

Sedangkan batubara terbentuk dari material tumbuhan yang terkubur dan mengalami proses tekanan serta panas selama jutaan tahun. Perbedaan antara minyak dan batubara terletak pada asalnya, di mana minyak berasal dari mikroorganisme laut dan batubara berasal dari tumbuhan darat.

Keberadaan Minyak dan Gas Bumi di Kalimantan

Kalimantan kaya akan sumber daya alam, termasuk cadangan minyak, gas, dan batubara yang melimpah. Delta Mahakam, misalnya, terkenal dengan ladang gas alamnya yang dikelola oleh perusahaan seperti PT Pertamina dan Total E&P Indonesie. Provinsi Kalimantan Timur, termasuk daerah Samarinda dan Balikpapan, dikenal dengan produksi gas alamnya.

Dampak Geologi dan Lingkungan dari Penambangan Minyak dan Gas Bumi

Ekstraksi minyak dan gas bumi memiliki dampak lingkungan yang signifikan. Beberapa dampak geologi yang perlu diperhatikan meliputi:

  1. Penurunan Permukaan Tanah: Ekstraksi minyak dan gas dapat menyebabkan penurunan permukaan tanah, di mana tanah mengalami penurunan akibat pengambilan material dari bawah tanah. Di wilayah seperti Balikpapan, pengambilan minyak secara berlebihan menyebabkan penurunan permukaan tanah secara bertahap, yang meningkatkan risiko banjir dan kerusakan infrastruktur.
  2. Pencemaran Air: Teknik fracking (hydraulic fracturing) yang digunakan untuk mengekstraksi minyak dan gas sering melibatkan penggunaan bahan kimia yang dapat mencemari air tanah. Jika tidak dikelola dengan baik, hal ini dapat mempengaruhi pasokan air bagi penduduk lokal dan ekosistem sekitar.
  3. Pencemaran Udara: Pembakaran bahan bakar fosil selama proses ekstraksi dan pengolahan melepaskan polutan seperti sulfur dioksida (SO2) dan nitrogen oksida (NOx) ke atmosfer, yang dapat menyebabkan hujan asam dan menurunkan kualitas udara. Selain itu, metana, gas rumah kaca yang kuat, juga dapat bocor selama proses ekstraksi minyak dan gas.
  4. Gangguan Ekosistem: Pembukaan lahan secara besar-besaran untuk kegiatan penambangan dapat menghancurkan habitat flora dan fauna lokal. Tumpahan minyak di wilayah pesisir dapat merusak ekosistem laut, termasuk terumbu karang, hutan bakau, dan populasi ikan.

Cara Menanggulangi Dampak Penambangan

Untuk meminimalkan pencemaran lingkungan dari penambangan minyak dan gas, beberapa strategi dapat diterapkan:

  1. Peningkatan Teknik Pengeboran: Teknik pengeboran modern seperti pengeboran horizontal dapat mengurangi dampak pada permukaan tanah dan meningkatkan efisiensi ekstraksi minyak, sehingga mengurangi gangguan lahan.
  2. Sistem Pengolahan Air: Perusahaan harus berinvestasi dalam sistem pengolahan air yang canggih untuk mencegah kebocoran bahan kimia ke dalam pasokan air tanah. Sistem sirkulasi tertutup (closed-loop) juga dapat mendaur ulang air yang digunakan selama fracking, mengurangi risiko pencemaran.
  3. Rehabilitasi Lahan: Setelah aktivitas penambangan selesai, perusahaan harus merehabilitasi lahan dengan menanam kembali vegetasi dan memulihkan ekosistem. Hal ini sangat penting di daerah dengan keanekaragaman hayati tinggi seperti Kalimantan.
  4. Penegakan Regulasi Lingkungan yang Lebih Kuat: Pengawasan pemerintah berperan penting dalam meminimalkan dampak lingkungan. Penegakan ketat terhadap regulasi mengenai pembuangan limbah, emisi, dan penggunaan lahan dapat membantu mencegah kerusakan lingkungan yang signifikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun