Saya selalu tertarik dengan anak-anak kecil dalam seragam putih hitam yang bergegas menuju sekolah di pagi setiap 1 September di Rusia.Pakaian , sepatu dan tas baru, melengkapi senyum riang mereka menuju sekolah. Ditangan mereka selalu ada benda wajib yang membuat terharu dan bangga: seikat bunga yang indah yang akan mereka persembahkan kepada guru tercinta.
Bukan perkara sederhana mempersiapkan seikat bunga segar di awal musim gugur.Selalunya harga melejit hingga tiga kali saat awal tahun ajaran tiba.Meskipun demikian, para orangtua tidak pernah jera mengusahakan buket bunga sebagai tradisi dan lambang kepercayaan dan penghargaan mereka terhadap guru.
Peningkatan Profesionalisme Guru di Rusia
Rusia dengan penduduk 145 juta jiwa, memiliki jumlah guru lebih dari 1,2 juta orang. Hampir separuhnya(43%) bekerja di pedesaan dan pelosok negara terbesar di dunia tersebut. Menjadi guru adalah pengabdian setia kepada negara. Kesetiaan dan kebanggan yang mereka miliki kini mulai berbuah manis dengan perhatian yang serius dari pemerintah Rusia.
Guru di Rusia 2 tahun yang lalu masih senasib dengan koleganya di Indonesia.Mereka belum benar-benar diakui sebagai pekerja profesional. Meskipun telah mendapat kemudahan untuk tempat tinggal, transportasi, fasilitas listrik, gas dan air dari negara, namun gaji rata-rata mereka masih belum memadai untuk kebutuhan primer kehidupan di Moskow.Mencermati kondisi tersebut, pemerintah Rusia pada periode 2009-2010 melakukan percepatan program profesionalisme guru yang mirip dengan program sertifikasi di Indonesia. Melalui program tesebut jumlah guru profesional yang pada tahun 2008 hanya berjumlah 277,5 ribu orang mengalami pertambahan 413 ribu orang, sehingga menjadi 690,5 ribu orang. Itu artinya guru yang profesional pada tahun ini telah mencapai 79%!
Dalam sambutan pada Hari Guru Rusia di Moskow, 5 Oktober 2010 yang lalu, Menteri Pendidikan Rusia, Andrei Frusenko menekankan pentingnya peningkatan kualitas guru sebagai agen perubahan di Rusia.Guru diharapkan memiliki wawasan terbuka, mampu memanfaatkan teknologi informasi mutakhir, dan jeli dalam membina minat dan bakat siswa-siswinya.Sebagai bukti dukungannya, Fruzenko telah memulai Program Pembinaan Bakat dan Penyiapan Tenaga Kerja Trampil di Sekolah pada tahun ini.Program tersebut tentu saja sangat membutuhkan guru-guru yang handal dan kompeten di bidangnya, di samping telah memiliki pengalaman mengajar yang cukup.
Andrei Fruzenko lebih jauh menjanjikan bahwa menjadi guru tidak lagi dianggap sebagai pegawai biasa. Mereka adalah pekerja profesional yang akan mendapatkan tunjangan kompetensi setiap 5 tahun. Tunjangan tersebut tentu dengan syarat bahwa guru yang bersangkutan terus meningkatkan kinerja dan kualitas kompetensinya dalam pendidikan.Pada tahun ini saja Kementrian Pendidikan Rusia telah memberikan tunjangan wali kelas kepada 800 ribu guru setiap bulannya.Sebuah penghargaan yang besar untuk dedikasi guru.
Peran Orangtua dalam Peningkatan Kesejahteraan Guru
Orangtua siswa juga menyadari pentingnya dukungan mereka terhadap kesejahteraan guru. Melalui dewan sekolah, para orangtua menyiapkan paket-paket penghargaan bagi guru teladan, guru disiplin, dan guru berdedikasi di setiap sekolah. Itu belum termasuk kerelaan oarngtua memberikan hadiah bagi guru-guru kesayangan anak-anaknya saat masuk sekolah, saat hari guru, atau saat sang anak lulus dalam ujian. Tradisi memberi hadiah kepada guru sedemikan dalamnya, sehingga seorang anak pantang berangkat ke sekolah pada hari pertama masuk tanpa seikat bunga di tangannya.
Setiap pagi menjelang berangkat ke sekolah, para orangtua tidak lupa mengingatkan anak-anaknya untuk belajar dengan baik dan menghormati guru.Seorang guru di Rusia dikenal dengan sebutan uchitel. Terkadang ditambahkan kata gospadin, yang artinya Tuan. Dinamakan demikian karena kata-kata seorang guru ibarat titah seorang tuan terhadap hambanya. Tidak taat apalagi melawan guru, meskipun dirinya merasa benar, hanya mempermalukan diri dan harga diri keluarga.
Sudah menjadi tradisi, seorang guru di Rusia biasa memanggil siswa di sekolah dengan sebutan kesayangan seperti layaknya di rumah. Seorang anak laki-laki bernamaVladimir dipanggil dengan panggilan kesayangan Valya, Nikolai menjadi Kolya, Dmitri menjadi Dima, dan Aleksander menjadi Sasha.Begitu juga anak perempuan, Tamara menjadi Toma, Natalia menjadi Natasya, Yekaterina menjadi Katya, Maria menjadi Masha dan sebagainya.Panggilan sayang membuat anak merasa senang dan serasa dalam keluarga di sekolah.Seorang anak yang tidak patuh kepada guru di sekolah, seringkali cukup dipanggil nama kesayangan ditambah intonasitegas untuk menegurnya. Jika sampai kesekian kali ia masih juga nakal, maka panggilan kepada siswa dengan nama lengkap sudah merupakan teguran keras baginya.
Di Rusia, nama lengkap seseorang selalu dalam 3 kata, nama dirinya, ayahnya dan marganya. Misalnya ia bernama Vladimir, nama ayahnya Vladimir, dan nama marganya Vladimir, maka nama lengkapnya menjadiValadimir Vladimirovich Vladimirov. Demikian pula dengan anak perempuan, seorang anak perempuan bernama Alyona Adreyevna Aleksandrova berarti ia bernama Alyona putri dari Bapak Andrei Aleksandrov. Sebuah penghormatan jika seseorang dipanggil namanya secara lengkap. Seorang gurucukup memanggil anak degan nama lengkap untuk mengingatkan mereka agar tidak berbuat sesuatu yang merusak harga diri, orangtua dan keluarganya
Kembali kepada pendidikan budi pekerti dan agama
Sebagai orangtua, tanpa sadar kita terkadang cemburu mengetahui ada sosok lain yang lebih didengar dan dituruti oleh anak-anak kita.Sosok yang sama perhatian dan kepeduliannya kepada anak-anak kita, dialah guru.Kadang kepercayaan anak kepada sang guru melebihi kepada orangtuanya sendiri.Semua kata-katanya, baik nasehat, informasi, maupun ajakan guru seringkali lebih mampu menggugah anak untuk melakukannya ketimbang kata-kata orangtuanya.Kadang kita gregetan jika anak kita enggan mengikuti keinginan kita dengan dalih guru mereka berpendapat berbeda.“Pulang sekolah langsung mandi ya nak!” suatu ketika orangtua mengingatkan anaknya. “Tapi kata Bu Guru, kita tidak perlu mandi setiap hari di musim dingin!” jawab anaknya meyakinkan. Dan perdebatan dengan anak menjadi panjang. Kata-kata bertuah uchitel skazal(kata bu guru) membuat kita harus lebih bijak memberikan alasan.
Pola pendidikan di Rusia pada tahun-tahun lalu masih mewarisi pola pendidikan komunis yang mengedepankan logika dan berpikir praktis.Sejak Detski Sad (TK) anak-anak sudah dilatih berargumentasi dan berdebat.Segala sesuatu selalu harus ada alasannya. Saya seringkali terperanjat dengan kemampuan anak umur 5 tahun yang berdebat dengan teman sekelasnya di jalan mengenai jalan bersalju yang ditaburi garam. Bahasa Rusia mereka sedemikian fasih, dan alasan ilmiah yang mereka ajukan, meskipun sederhana tetapi masuk akal.
Tentu saja, pola berpikir logis materialis sedemikian tidak selalu baik jika tidak diimbangi dengan pelajaran moral dan spiritual. Humanisme, hak-hak asasi, kebebasan berpendapat, dan segala hal yang bernuansa modern selalunya menggiring manusia kepada kehidupan pragmatis.Ada sisi lain yang amat penting dibangun dalam diri anak: moral dan agama.
Kementrian Pendidikan Rusia menyadari ancaman dekadensi moral dan materialisme sebagaimana yang telah terjadi di Eropa Barat.Pada awal tahun ajaran 2005, pemerintah mulai melakukan ujicoba pendidikan agama di sekolah. Awalnya diterapkan pendidikan agama Kristen Ortodoks di bebeberapa obyek federasi, karena memang Kristen Ortodoks adalah agama resmi negara.Beberapa kritikan dan masukan dari beberapa obyek federasi yang mayoritas muslim akhirnya mengijinkan sekolah-sekolah di sana memberlakukan pendidikan agama Islam.
Perubahan kebijakan pendidikantersebut adalah hal yang menarik. Sebuah negara besar yang dulunya menjadi motorkomunisme, kini berbalik kembali menjadi negara demokrasi modern yang religius.Kunci perubahan itu semua bertumpu pada pembinaan generasi muda mereka untuk tidak terjatuh pada lubang yang sama, lubang atheisme materialisme. Di sinilah peran guru amat diharapkan dapat menjadi teladan, motivator, dan pembimbing yang baik sehingga generasi muda yang merupakan calon pemimpin bangsa di masa depan dapat teselamatkan.Tentu saja guru tidak sendiri, orangtua, praktisi pendidikan, dan pemerintah amat menentukan keberhasilan cita-cita ini.Jika semua ini berjalan seperti yang diprogramkan, maka generasi muda Rusia dalam 20 tahun bukan mustahil menjadi pelopor-pelopor perubahan peradaban di Eropa dan Dunia.
Menjadi guru yang mulia dan profesional
Kita patut lega dan berbangga dengan reformasi pendidikan di Indonesia yang perlahan tapi pasti mulai dirasakan oleh ujung tombak pendidikan: Guru.Sejak ditetapkannya APBN pendidikan sebesar 20%, maka proyek-proyek besar pendidikan terus bergulir.Pemerintah bersama dengan DPR telah berhasil menelurkan serangkaian undang-undang pendidikan yang diharapkan dapat membingkai pekerjaan besar membentuk anak bangsa seutuhnya.
Sebagai guru yang bekerja di pelosok terjauh dari tanah air, saya merasakan berkah yang besar dengan program-program peningkatan profesionalisme guru yang dilaksanakan oleh Departemen Penddikan Nasional .Pelatihan Kompetensi Guru, insentif guru, dana block grant pendidikan, dan sertifikasi guru adlaah beberapa yang dapat dirasakan langsung oleh kami, para guru.Tim pelatih dari Depdiknas juga terus memberikan pembinaan dan pemantauan dengan program Bimbingan Teknis (Bimtek) atas pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di sekolah-sekolah kami, Sekolah Indonesia Luar Negeri.
Sebagai guru, kami amat sadar bahwa ada amanat yang besar di balik kepedulian pemerintah kepada pendidikan ini.Pelatihan, bimbingan, dan supervisi yang intensif, meskipun melelahkan dan menguras energi para guru, diakui amat signifikan membuka wawasan guru untuk siap menjadi tenaga pendidik yang andal yang eksis di era globalisasi ini.
Berkaca dari perkembangan pendidikan di Rusia di atas, maka sepatutnya kita bersyukur bahwa reformasi pendidikan kita sudah selangkah lebih awal dari kebijakan yang mereka lakukan. Hanya saja perlu dievaluasi dengan baik agar pemberdayaan dan peningkatan profesi guru terus terarah dan fokus pada pembinaan siswa di masa depan.Ada banyak kritikan bahkan hujatan sehubungan dengan penambahan gaji dan tunjangan bagi guru. Tidak sedikit kalangan yang mempertanyakan kelayakan diadakannya Block Grant, BOS (Biaya Operasional Sekolah), dan insentif yang diberikan kepada guru dan institusi pendidikan.Semua itu perlu ditanggapi secara bijak dan bertanggungjawab.Transparansi program dan keuangan menjadi salah satu syarat stabilitas
Kita juga patut bersyukur karena sistem pendidikan kita sebagaimana yang tertera dalam undang undang no. 20 tahun 2003 tentang sisdiknas,tetap mengutamakan budi pekerti dan agama dalam kurikulum pendidikan nasional. Keberhasilan pendidikan pada seorang anak tercermin dari kebaikan budi bahasa dan kesalihannya terhadap agama.Adalah ironis jika ada suara-suara yang menyerukan sekularisme untuk peningkatan pendidikan kita, sementara pada saat yang sama Rusia menyadari pentingnya moral dan agama dalam pembinaan anak-anak bangsanya.
Hari ini, 2 juta guru Indonesia memperingati hari jadinya yang ke-65. Masa depan anak-anak bangsa dipertaruhkan di pundak mereka.Kemuliaan dan keikhlasan mereka akan membawa kita kepada Indonesia yang lebih baik dan berkah.Bukan mustahil, dalam 10 tahun ke depan, sebagaimana Rusia di Eropa, Indonesia akan menjadi pelopor peradaban di Asia dan Dunia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H