Mohon tunggu...
Ahmad Marjuki
Ahmad Marjuki Mohon Tunggu... Administrasi - foto ahmad marjuki

Pemerhati Masalah Sosial, dan Aktif di berbagai Organisasi Kemahasiswaan dan Kepemudaan.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Tembang Kenangan dari Sulawesi Barat: “Ena Zamannya Pak Harto, Ki...!"

22 Desember 2016   21:45 Diperbarui: 22 Desember 2016   22:27 536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

Pemisahan masa orde baru ke reformasi masih menyisahkan kenangan bagi sebagian masyarakat Indonesia, tentu masyarakat Indonesia yang penulis maksudkan adalah masyarakat yang terlahir dimasa orde baru atau yang jauh sebelum lahirnya reformasi tahun 1998, yang melahirkan sistem politik demokrasi indonesia.

Secara umum menegaskan bahwa persoalan demokrasi di Indonesia selalu menjadi bahan perbincangan, bahkan jauh sebelum Indonesia merdeka. Sedikit penulis mengutip dari perkataan Abraham Lincoln yang mengartikan bahwa demokrasi itu ialah pemerintah dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Maka dalam pengertian tersebut dapat kita pahami bahwa demokrasi merupakan kedaulatan seutuhnya di pegang oleh rakyat.

Sistem politik demokrasi pemerintahan indonesia pasca orde baru banyak melahirkan perubahan yang cukup signifikan. Diantaranya Kebebasan masyarakat dalam menyampaikan aspirasi, kebebasan memilih pemimpin, dan tidak ketinggalan UU tentang otonomi daerah pun ikut direalisasikan. Hal tersebut akibat lahirnya sistem politik demokrasi yang di anut pemerintah indonesia saat ini. Sudah barang tentu penulis disini bukan bermaksud membahas sistem politik demokrasi indonesia seutuhnya. Melainkan, hanya sedikit mengamati perbedaan masa orde baru dengan masa reformasi (Sistem Politik Demokrasi).

Belum lama ini, kehadir penulis ke Sulawesi Barat daerah yang memiliki semboyan Mallete Diatonganan (Meniti pada kebenaran) tersebut, karena mendapat tugas dari salah satu lembaga pemerintah pusat untuk memberikan suatu bantuan pada pemerintah Daerah yang berada di wilayah Provinsi Sulawesi Barat. Maklum, Sulewesi Barat daerah yang baru memekarkan diri dari Provinsi Sulawesi Selatan yang di sahkan melalui UU no 26 Tahun 2004 lalu.

Hadirnya penulis ke Provinsi yang beribu kotakan Mamuju menyisakan tembang kenangan yang sulit untuk terlupakan. Tentu bukan hanya tugas semata yang menjadi tembang kenangan bagi penulis, melainkan perkenalan antara penulis dan pak sopirlah yang menjadikan tembang kenangan tersendiri, yakni cerita-cerita kecil yang menggugah hati dan akal fikiran yang menggunakan bahasa indonesia bercampur logat Daerah tersebut.

Penyusuaian bahasa dan prilakupun harus dilakukan, perlahan tapi pasti. Penyusuaianpun mampu penulis lakukan, hal tersebut cepat terjadi dikarnakan perjalan dari ibu kota Provinsi ke kabupaten/kota wilayah Provinsi Sulawesi Barat membutukan waktu yang cukup lama.

Perjalanan yang jauh tersebut memberikan ruang bagi penulis untuk banyak bertanya. Maklum, Pak sopir yang mengantar saya keliling sudah dua puluh tahun menjalankan pekerjaan sebagai pengantar barang, tepatnya sebgai sopir ekspedisi. Perbincangan beragampun terjadi, dari mulai dikenalkannya nama-nama wilayah sampai pada tahap cerita perkembangan dan kesejahteraan penduduk wilayah tersebut. Tidak heran banyak juga pertanyaan persoalan tentang perkembangan system politik dari zaman ke zamanpun ikut kami bicarakan.

Sontak penulis bertanya pada pak sopir “Bapak kan sudah berumur lebih dari lima puluh tahun, menurut bapak zaman presiden siapa yang enak, kah..?” sambil mengendalikan setir mobil pak sopir menjawab dengan menggunakan bahasa indonesia yang bercampur logat bahasanya dengan pandangan tetap focus ke jalan “Masih Ena Zamangnya Pak Harto, Ki..” Senyum dari penulispun keluar, pertanyaan dari penulispun berlanjut “Bukankah semua sama pak, setiap presiden memiliki tujuan untuk mensejahterakan rakyatnya” Jawaban terlontar kembali dari pak sopir “Iya ki.., tapi dulu waktu zamang pak harto kita merasakan barang-barang dengan harga yang murah dan kerusuhanpun tidak terdengar, toh..”. Jawbanpun berlanjut “Lihat saja ki.., ketika pak harto lengser kerusuhan dimana-mana. Katanya demokrasi akan mensejahterakan kita, tapi wakil rakyat malah banyak yang korupsi”. Sedikit perbincangan tersebut yang masih penulis ingat, tentu banyak lainnya yang penulis dan pak sopir perbincangkan.

Melihat fenomena dari cerita tersebut penulis sedikit teringat dengan apa yang dikatakan oleh Mahatma Gandhi, seorang pemimpin spiritual sekaligus sebagai politikus India yang mengakatakan bahwa "Cinta tidak pernah meminta, ia senantiasa memberi, cinta membawa penderitaan, tetapi tidak pernah berdendam, tak pernah membalas dendam. Di mana ada cinta, disitu ada kehidupan. Berbeda dengan kebencian yang membawa kepada kemusnahan".

Kecintaan yang masih dirasakan masyarakat terhadap pemerintahan Soeharto adalah kecintaan kepada kepiawaiannya sebagai seorang presiden dalam memanjakan rakyatnya waktu itu. Namun pada dasarnya, setiap pergantian kebijakan pemerintah memiliki tujuan yang sama, yakni mensejahterakan dan memajukan bangsa indonesia di segala bidang kehidupan.

 

Oleh: Ahmad Marjuki

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun