Mohon tunggu...
Ahmad Manarul Hidayatullah
Ahmad Manarul Hidayatullah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Lampung

Menulis adalah jalan ninjaku

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Tsunami Aceh : Luka Lama yang Masih Membekas di Hati

26 Desember 2024   07:12 Diperbarui: 26 Desember 2024   07:12 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Masjid di Aceh

Bayangkan pagi yang cerah di Bumi Serambi Mekkah, Aceh. Langit biru, ombak kecil yang biasa saja, dan aktivitas masyarakat yang berjalan normal seperti hari-hari sebelumnya. Tidak ada tanda-tanda akan ada bencana besar yang datang. Namun, dalam hitungan menit, segalanya berubah. Gempa bumi berkekuatan 9,1 SR mengguncang hebat, dan tak lama kemudian, gelombang besar setinggi belasan meter melahap segalanya. Aceh porak-poranda.

Tsunami yang terjadi pada 26 Desember 2004 itu bukan hanya bencana alam biasa. Itu adalah salah satu bencana paling dahsyat dalam sejarah manusia modern. Lebih dari 200 ribu nyawa melayang, ribuan lainnya hilang, dan yang tersisa hanyalah kehancuran. Bahkan setelah lebih dari dua dekade berlalu, luka itu masih terasa. Luka yang tidak hanya di tubuh atau harta benda, tetapi juga di hati.

Aceh dan Luka yang Tak Pernah Hilang

Sebagai daerah yang dikenal religius dan damai, Aceh sering disebut Bumi Serambi Mekkah. Tapi pada hari itu, Aceh menghadapi ujian yang sangat berat. Gelombang tsunami datang dengan kekuatan yang begitu besar, menghancurkan apa saja yang ada di depannya. Rumah-rumah luluh lantak, kendaraan berserakan, dan banyak keluarga kehilangan segalanya.

Saya pernah mendengar cerita dari stasiun televisi dari salah seorang warga Aceh. Dia bilang, saat itu suasananya seperti kiamat. Orang-orang berlari menyelamatkan diri, berteriak memanggil keluarga, dan mencoba melawan arus gelombang. Tapi siapa yang bisa melawan kekuatan alam sebesar itu? Banyak yang hanya bisa pasrah.

Yang paling menyakitkan adalah kehilangan keluarga. Ada yang kehilangan orang tua, anak-anak, pasangan, bahkan seluruh anggota keluarga. Bayangkan betapa beratnya menjalani hidup setelah kehilangan semua yang berharga dalam hidupmu. Luka seperti itu tidak akan pernah sembuh sepenuhnya, meskipun waktu terus berjalan.

Mengenang Lebih dari Dua Dekade

Kini, lebih dari dua dekade telah berlalu sejak tragedi itu terjadi. Aceh sudah bangkit, kota-kotanya telah dibangun kembali, dan kehidupan mulai kembali normal. Tapi apakah semua orang benar-benar sudah sembuh? Jawabannya mungkin tidak.

Banyak korban selamat yang hingga kini masih hidup dengan trauma. Setiap kali mendengar suara gemuruh atau melihat ombak besar, mereka kembali teringat pada hari itu. Bahkan, banyak yang masih mencari anggota keluarga mereka yang hilang, meskipun harapan untuk menemukannya semakin kecil.

Sebagai bangsa, kita mungkin hanya mengenang tsunami Aceh setiap tanggal 26 Desember. Setelah itu, kehidupan berjalan seperti biasa. Padahal, tragedi ini adalah pengingat besar bagi kita semua tentang betapa kecilnya manusia di hadapan alam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun