Mohon tunggu...
Ahmad Mamun
Ahmad Mamun Mohon Tunggu... Guru - Pejuang

Aku ingin seperti mereka

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Narasi Sumpah Pemuda dan Fenomena Narsisme

28 Oktober 2019   23:28 Diperbarui: 28 Oktober 2019   23:40 835
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hal ini sekaligus menjadi tantangan bagi pemuda sekarang, bagaimana kemudian pemuda tidak kehilangan jati diri dan idealismenya di tengah hiruk piruk persaingan global, bisa memahami dan membaca situasi yang potensi mengancam nasionalisme kita. Bukan berarti harus menolak budaya dan sektarianisme dengan sesuatu yang baru, jika begitu jelas pemuda ketinggalan kereta.

Proses kolonialisasi saat ini cenderung menyerang pada ranah ideologi pemuda, sehingga terwujud melalui prilaku. Salah satu bagian yang fenomenal ialah ilusinasi tontonan televisi, media online dan media sosial lainnya. Konten-konten yang termuat didalamnya secara tidak langsung bersifat persuasif, mengajak kita untuk berprilaku sebagaimana tertera dalam konten. Konten yang dimaksud yang potensi mengurangi sikap nasionalisme dan tumbuhnya sikap apatis terhadap keutuhan bangsa. Degradasi moral pemuda dan kerusakan mental. Dalam teori komunikasi itu merupakan bagian dari strategi untuk penanaman budaya baru agar diterima dalam kehidupan publik, dengan seringnya di tayangkan. Berangkat dari sini, kemajuan teknologi tidak melulu mempermudah aktifitas kehidupan kita, perlunya dibudayakan analisa skeptis pada pemuda menghadapi fenomena begituan. Ini tantangannya.

Sejauh ini, kehidupan pemuda cenderung ingin diakui jati dirinya. Ingin diakui bahwa dirinya hebat dan berprestasi, eksistensi diri pemuda semakin dipercuat. Hal ini dapat dilihat dari beberapa akun media sosialnya yang berisi konten tentang dirinya, foto-foto yang menunjukan kecantikannya secara garis besar ingin eksis di kehidupan ini. Didukung dengan aktifitas lain yang terorientasi terhadap eksistensi diri yang berlebihan. Dalam psikoloanalisis dikatakan Narcissistic Personality Disorder atau Super Self Confident, yang berarti cenderung eksis secara berlebihan, kerusakan mental pada diri seseorang. Implikasi dari sikap demikian sangat besar, senang sekali menyombongkan dirinya dan berharap orang lain memberikan pujian, selain itu tertanam pada dirinya perasaan paling mampu, paling unik (beda sendiri) dan merasa khusus dibandingkan dengan orang lain.
Bila dilihat dari terorinya, ini disebut prilaku Narsisme, yaitu perhatian yang sangat berlebihan pada diri sendiri dan apabila kecenderungan ini semakin gawat maka muncul Imaginary Audience dalam pikirannya (Chaplin, 2003: 451).

Kerusakan mental macam beginian telah membentuk mind set alam bawah sadar kita, sehingga secara otomatis sikap temperamen muncul dalam pikiran kita, ini merupakan indikasi degradasi moral sekaligus potensi mengingkari budaya perjuangan pemuda sebagaimana tercatat dalam sejarah. Karena persepsi yang tertanam ialah bagaimana kita hidup itu diakui secara prestasi, kecantikan, dan kelebihan-kelebihan lain yang ada pada diri kita. Tujuannya ialah untuk memproleh pujian dari orang lain.

Centilan unik dari seorang tokoh, ketika ditanya "cara melihat masa depan bangsa", dengan santainya dia menjawab "cara melihat masa depan bangsa ialah melihat pemuda-pemudanya sekarang ngapain aja". Lagi-lagi pemuda betul merupakan asset bangsa yang brillian. Fenomena Narsisme yang marak kalangan pemuda Indonesia sebagai manifestasi dari prilaku pemuda zaman milenial. Hal ini muncul pesat bersamaan dengan berkembangnya kemajuan teknologi, mempermudah setiap pengguna media sosial untuk memamerkan dirinya selain berbicara di publik. Ini menjadi tantangan baru bagi kita yang hidup di Era Milenial, untuk mengembalikan khittah perjuangan pemuda sebagai Agent of Iron Stock bangsa ini.

Tampak sudah problematika pemuda zaman milenal sekarang, cenderung sikap apatis terhadap kondisi kebangsaan, sikap masa bodoh terhadap penindasan yang terjadi pada rakyat dan menurunnya sikap kritis pemuda terhadap kondisi sosial sekitar. Karena kalau kita analisa kembali, hal itu merupakan kolonilisasi zaman milenial.

Mari mulai bangun kembali sikap kritis skeptis kita dan meningkatkan kesadaran kita melalui memikirkan sesuatu yang terjadi di lingkungan kehidupan kita, membaca dan memahami situasi keadaan bangsa saat ini, mengurangi prilaku yang kita anggap lumrah namun sejatinya berbahaya terhadap mental kita. Mulailah dari kita sendiri kemudian memperingati orang lain di lingkungan kita, karena pasalnya pemuda adalah masa depan bangsa.

Ahmad Ma'mun
Wacana Pinggiran

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun