Mohon tunggu...
Ahmad gunawan
Ahmad gunawan Mohon Tunggu... Teknisi - Mahasiswa universitas Airlangga

Seorang yang lebih suka memerhatikan dan belajar dari apa yang iya perhatikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Diskriminasi pendidikan Vokasi, Stigma "pasti daftar Diploma karena ketolak sarjana" harus berhenti!!

7 Januari 2025   19:27 Diperbarui: 7 Januari 2025   20:28 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Siapa bilang orang yang pilih diploma pasti ketolak sarjana? Banyak lo... orang yang pilihan pertama nya diploma, tapi stigma orang-orang selalu saja berbeda. pernah merasa ada yang janggal dengan pandangan orang-orang terhadap kamu yang pilih diploma? Stigma seolah tertanam kuat di benak mereka : lulusan diploma selalu dianggap kalah satu langkah dibandingkan sarjana. Padahal, keduanya memiliki keunggulan masing-masing, dan tujuan yang berbeda-beda, untuk itu jika sudah tau berbeda apakah masih bisa di bandingkan?

Diploma: Bukan Pilihan Kedua, Melainkan Pilihan Cerdas

Lulusan diploma seringkali dianggap sebagai pilihan kedua, seolah mereka gagal masuk perguruan tinggi negeri atau program studi yang lebih bergengsi. Anggapan ini sangat keliru. Pendidikan vokasi dirancang untuk mencetak lulusan yang siap kerja dan memiliki keterampilan spesifik yang dibutuhkan industri. Mereka bukan sekadar "cadangan" sarjana, melainkan memiliki nilai tambah yang unik.

Salah satu keunggulan lulusan diploma adalah penguasaan keterampilan praktis yang kuat. Selama masa studi, mereka lebih banyak berinteraksi langsung, serta melakukan praktik kerja lapangan. Hal ini membuat mereka lebih siap menghadapi dunia kerja dan mampu berkontribusi secara nyata sejak awal Sebaliknya, sarjana cenderung lebih banyak mempelajari teori, membuat sarjana harus beradaptasi dulu didunia kerja.

Stigma terhadap lulusan diploma telah membatasi peluang mereka untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Banyak perusahaan masih enggan menerima lulusan diploma, padahal mereka memiliki potensi yang sama besar dengan lulusan sarjana. Akibatnya, banyak lulusan diploma yang akhirnya menganggur atau bekerja di bawah standar. Ironisnya, di tengah era industri 4.0 yang menuntut sumber daya manusia yang kompeten dan terampil, justru lulusan vokasi yang seringkali dipandang sebelah mata. Padahal, keterampilan praktis yang mereka miliki sangat dibutuhkan oleh industri.

Ini adalah paradoks yang nyata: di satu sisi, dunia industri membutuhkan tenaga kerja terampil, namun di sisi lain, lulusan yang memiliki keterampilan tersebut justru sulit mendapatkan pekerjaan.

Sudah saatnya kita mengubah perspektif kita tentang pendidikan vokasi. Lulusan diploma bukanlah pilihan kedua, melainkan pilihan cerdas bagi mereka yang ingin memiliki karier yang sukses. Mereka memiliki potensi yang sama besar dengan lulusan sarjana, bahkan dalam beberapa hal, mereka lebih unggul.

Apa yang Bisa Kita Lakukan?

Pemerintah: Perlu membuat kebijakan yang lebih mendukung pengembangan pendidikan vokasi dan memberikan peluang yang sama bagi lulusan diploma maupun sarjana.

Perusahaan: Perlu mengubah mindset dan memberikan kesempatan yang sama bagi lulusan diploma untuk berkarier sama seperti sarjana 

Masyarakat: Perlu mengubah stigma negatif terhadap lulusan diploma dan memberikan apresiasi yang lebih tinggi atas kontribusi mereka.

Diskriminasi terhadap lulusan vokasi adalah bentuk ketidakadilan yang harus segera dihentikan. Mari kita hargai setiap individu berdasarkan kemampuan dan kompetensinya, bukan berdasarkan gelar yang mereka sandang.

Lulusan diploma dan sarjana mereka sama-sama berharga, mereka adalah dua sisi mata uang yang sama-sama penting. Keduanya memiliki peran yang strategis dalam pembangunan bangsa. Jadi jangan pernah meremehkan potensi salah satu di antara 

keduanya... ingat ya...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun