Mohon tunggu...
Ahmad Khoiron
Ahmad Khoiron Mohon Tunggu... Guru -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pak Presiden... Rakyat yang Harus Mengerti Bapak atau Bapak yang Harus Mengerti Kami?

5 Januari 2017   08:46 Diperbarui: 5 Januari 2017   09:14 1506
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Berita-berita tentang kenaikan harga tarif dasar listrik (TDL) untuk ukuran 900, pekan ini menghiasi televisi-televisi nasional, saat saya menontonnya pun mulai mempertanyakan dasar kenaikan TDL tersebut, kecewa! Itulah kata yang tepat untuk menggambarkan perasaan saya saat itu. Ditambah lagi ada informasi kenaikan BBM, Tarif STNK dan BPKB, itupun belum cukup, harga-harga barang kebutuhan sayuran yang mulai melambung akibat pola musim yang tidak menentu, bahkan kalau dicek di pasar-pasar di daerah saya, harga cabai rawit saja sampai Rp. 55.000,-. Sudah pasti, hari-hari ini masakan istri saya, pedasnya akan semakin hilang. Malang sekali, nasib kami pak!, hanya sekedar ingin merasakan pedas saja, harus mahal! Mengatur negara memang sulit pak, tapi untuk masalah cabai saja, masa’ juga harus sulit?

TDL, BBM, STNK/BPKB, CABAI, TOMAT KENAPA HARUS NAIK?

Pak... kalau sudah urusan naiknya tarif TDL, BBM, menurut kebiasaan yang ada selama ini, akan terjadi demo besar-besaran dari kalangan MAHASISWA, sebab dari merekalah suara jeritan rakyat kecil digaungkan! Agar bapak bisa lebih peka terhadap rakyat kecil, apalagi bapak dulu juga rakyat, yang pastinya bapak juga pernah merasakan seperti apa penderitaan rakyat yang tak berdaya. Padahal demo terus-terusan, itu kan tidak baik untuk iklim investasi...

Pak... rakyat itu sebenarnya tak tahu-menahu masalah strategi ekonomi yang bapak kerjakan, tapi yang rakyat tahu adalah bagaimana bisa menikmati barang-barang kebutuhan dengan murah. Artinya rakyat memiliki daya beli, sebab kalau daya beli rakyat menurun, yang terjadi adalah ekonomi menjadi lesu. Kalau sudah lesu tak ada gairah, biasanya negara pemasukannya berkurang, kalau sudah berkurang pasti akan ngutang lagi. Belum lagi ada PHK besar-besaran, kalau sudah seperti ini, takutnya angka kriminalitas semakin tinggi.

Pak .... kalau harga minyak dunia naik, kenapa anda ikut menaikkan juga dan membebankan kenaikan tersebut ke rakyat bapak? Seenggaknya tirulah negara yang memberikan harga murah kepada rakyatnya, sebab kita ini negara “Penghasil Minyak”. Saya memang tidak mengerti EKONOMI GLOBAL, yang saya tahu adalah bahwa saat Presiden bisa memberikan kesejahteraan rakyat, dia adalah presiden rakyat dan patut di bapakdukung.

Pak... Kalau BBM naik, pastinya tarif-tarif yang lain juga ikut naik! Misalnya angkot, kalau sebelumnya 3000 bisa naik 4000, terus kalau pedagang yang alat transportasinya memakai sepeda motor ataupun transportasi yang lain, yang bahan bakarnya menggunakan BBM, pastinya juga akan menaikkan barang dagangannya. Waduh..... kalau bisa saya ungkapkan dalam bahasa jawa... “Nelangsa atiku nelangsa.....”

Pak... kenapa harus naik?

Rakyat Harus bagaimana?

kalau semuanya naik, rakyat seperti kami harus bagaimana? Nanti pasti ada efek dari kenaikan TDL, BBM, STNK/BPKB, cabai, tomat dan lain sebagainya. Padahal kalau belajar IPS dan PKN SMP, meneganai AMANAT pasal 33 UUD 1945 disebutkan bahwa “PENGELOLAAN SEGALA KEBUTUHAN DASAR MASYARAKAT DIKELOLA OLEH NEGARA UNTUK MENSEJAHTERAKAN RAKYAT”. Kalau segala kebutuhan pokok naik, dimananya yang sejahtera?

Pak... kita ini negara Pancasila bukan negara kapitalis dan liberalis...

Pak.. RAKYAT BERHAK ATAS SUATU PEMERINTAHAN YANG SEBANYAK MUNGKIN BERORIENTASI PADA KEPERLUAN RAKYAT!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun