Debat DKI seakan menjadi magnet tersendiri dalam pemberitaan media-media masa skala Nasional, khususnya di dunia Maya. Apalagi acara debat diliput secara langsung oleh televisi-televisi skala Nasional, bahkan sekitar lebih dari 10 ribu netizens (detik.com) membicarakan tentang debat pilkada DKI 2017 ini. Ajang debat ini seakan menjadi arena untuk menarik simpati masyarakat Jakarta, dalam pemilihan Gubernur dan wakil gubernurnya.
Dalam ajang ini, cagub dan cawagubnya menjadi marketer program-programnya, layaknya sebuah produk yang berkualitas, akan membuat konsumen yang menikmati produk tersebut akan merasa terpuaskan dengan produk tersebut. Kualitas produk akan sangat tergantung dengan trik-trik pemasaran yang digunakan. Dalam hal ini, kualitas argumen yang dikemukakan oleh masing-masing Paslon.
Saya yang juga menonton acara debat, meski bukan orang Jakarta, ada beberapa kesan saat melihat adu argumen dalam debat tadi malam, yaitu:
1. Agus-Sylvi
Agus Terkesan menghafal, dan Sylvi yang pendiam. Program-programnya identik dengan program-program ayahnya saat menjadi presiden. Bahkan menyebutkan bahwa Jakarta angka kriminalitasnya tinggi di dunia, dari mana data tersebut?
2. Ahok-Jarot
Tidak ada hal baru, hanya program lanjutan dari yang sudah berjalan. Cara penyampaian argumen terkesan menyudutkan pihak pasangan lain. Dan masalah penggusuran di bukit duri juga perlu dicermati, bahwa Pemprov DKI kalah di pengadilan.
3. Anis-Sandi.
Terlihat tegang, program-programnya terkesan khayalan. Dan yang mencengangkan adalah ada berita yang menyampaikan bahwa demi debat, harus lewat jalur busway. Ini kan bertentangan dengan pernyataan "No kompromi bagi pelanggar hukum".
Ini adalah kesan saya sebagai penikmat debat PILGUB DKI 2017. mungkin saja ada yang berbeda dengan kesan saya, bagaimana dengan kesan anda?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H