Memanfaatkan sterofoam bekas  sebagai media pembibitan tanaman
Pada bebrapa tahun terakhir ini, permasalahan sampah di indonesia menjadi problematika yang begitu mengkhawatirkan. kondisi sampah di indonesia saat ini dapat dilihat dari Penelitian yang dilakukan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) di 18 kota utama Indonesia menemukan 0,27 juta ton hingga 0,59 juta ton sampah masuk ke laut Indonesia selama kurun waktu 2018. Sampah yang paling banyak ditemukan adalah sampah styrofoam.
Gambar 1. Dominasi sampah styrofoam di sekitar perairan (foto: detik.com)
 Penggunaan bahan styrofoam sebagai wadah makanan memang sudah menjadi kebiasaan masyarakat indonesia saat ini.  Tidak terkecuali masyarakat di sekitar Universitas Islam Negeri Walisongo semarang. Bahan dari styrofoam banyak digunakan sebagai bungkus makanan terutama makanan-makanan yang dijual di pinggir jalan sekitar kampus . Walaupun sebenarnya masyarakat telah menyadari bahwa bahan dari styrofoam tersebut tidak dapat terurai dengan sendirinya. Hal itu tetap dilakukan karena bungkus styrofoam tersebut dianggap praktis dan mudah untuk didapatkan.
Gambar 2. Tumpukan sampah styrofoam di sekitar tempat tinggal mahasiswa (foto: dokumentasi pribadi)
Sebagai upaya mengurangi limbah styrofoam yang semakin meningkat, sebagian mahasiswa jurusan biologi UIN Walisongo Semarang mencoba melakukan inovasi dengan memanfaatkan limbah styrofoam tersebut sebagai media pembibitan tanaman tomat. Limbah styrofoam yang didapatkan mahasiswa berasal dari bungkus berbagai makanan yang dibeli oleh teman-teman di sekitar tempat tinggalnya. Bungkus styrofoam tersebut cukup banyak dan hanya dibuang begitu saja.
Langkah pertama yang dilakukan yaitu menyiapakan bahan-bahan dan alat yang diperlukan untuk kegiatan pembibitan, diantara bahan dan alat yang diperlukan yaitu, styrofoam bekas, media tanah, kompos, botol berisi air bersih, sekop kecil, pisau, paku serta buah tomat. Setelah semua alat dan bahan tersedia, langkah selanjutnya yaitu membuat lubang kecil dibawah wadah styrofoam menggunakan paku, lubang yang dibuat berjumlah enam lubang. Kemudian tanah dicampurkan dengan kompos menggunakan sekop kecil, tanah yang telah dicampurkan kemudian dimasukkan ke dalam wadah styrofoam. Tomat yang masih utuh dipotong melintang menjadi empat bagian, lalu dipilih dua potongan ditengah yang terdapat biji. Setelah itu dua potongan tersebut diletakkan diatas media tanah yang telah dimasukkan kedalam wadah styrofoam secara berjejer dengan diberi sedikit jarak, lalu ditambahkan sedikit tanah diatas dua potongan tersebut dan disiram menggunakan air kemudian ditutup. Perlu dilakukan penyiraman pada proses pembenihan tersebut untuk mencegah terjadinya kekeringan pada media tanah yang menyebabkan biji tidak tumbuh, setelah kurang lebih tiga minggu dilakukan pindah tanam dari wadah styrofoam ke media yang lebih luas seperti pot yang besar maupun media tanam lainnya yang mendukung proses pertumbuhan tanaman.
Gambar 3. Proses pindah tanam dari styrofoam ke dalam pot (foto: dokumentasi pribadi)
Kegiatan pemanfaatan limbah styrofoam ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kelestarian, kebersihan serta kearifan dalam memanfaatkan bahan-bahan yang dapat membahayakan lingkungan. Dan diharapkan pula kegiatan ini dapat memicu adanya aksi-aksi nyata, inovasi-inovasi ataupun terobosan-terobosan baru dalam rangka menjaga alam dan lingkungan sekitar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H